Sejujurnya saya sekarang bukan termasuk orang yang senang nonton film di bioskop. Terakhir nonton mungkin lebih dari 5 tahun yang lalu karena ditraktir nonton oleh anakku.
Meski sekarang saya tidak suka nonton di bioskop, karena alasan keuangan, sangat membekas kenangan saat-saat dahulu ketika masih sering nonton di bioskop. Tak terlupakan, membuat tersenyum sendiri dan juga merasa lucu atas perilaku 'mbeling' saat masih remaja.
Saya mulai dengan saat masih SD, kalau tidak salah antara kelas 5-6. Saat itu kami (saya dan adik saya yang cowok) sering menonton di bioskop karena kami seusia itu sudah diajari wirausaha oleh bapak dengan mengelola kios persewaan buku sehingga punya uang saku yang lumayan cukup untuk nonton.
Maklum saat itu (tahun 1973) belum eranya video tape, apalagi VCD. Kegemaran kami adalah nonton film silat atau kungfu mandarin. Sangat terkesan dengan bintang-bintang keren waktu itu seperti Bruce Lee, Ti Lung, Fu Shen, David Chiang dan yang lain.
Pada waktu itu tentu saja belum ada Cineplex dan gedung bioskop terbagi menjadi 2 kelas. Kelas satu yang memutar film-film terbaru dan kelas dua memutar film-film bekas kelas satu setelah selang beberapa bulan. Tentu saja kami nontonnya di gedung bioskop kelas dua yang pasti lebih murah tiketnya.
Menonton di gedung bioskop kelas dua punya kenangan tersendiri, karena gedungnya tidak ber-AC tetapi hanya dilengkapi kipas angin jadi terasa pengap dan panas luar biasa. Selain itu tidak ada larangan merokok, jadi bisa dibayangkan situasinya.
Dengan gedung yang tidak melarang penonton untuk merokok di dalam gedung ini meninggalkan kesan yang lucu bagi kami. Kami sering menggunakan kesempatan di gedung bioskop itu untuk iseng merokok.
Kalau di luar, apalagi di rumah kalau ketahuan merokok oleh bapak pasti kami langsung dimarahi, padahal bapak sendiri perokok berat. Anehnya saya malah tidak pernah jadi perokok dan bahkan membenci asap rokok sejak saat remaja sampai sekarang.
Cara pengusaha bioskop untuk menarik penonton waktu itu sangat asyik. Di luar gedung selalu terpampang lukisan di kain yang keren dan menarik, bahkan sering sangat vulgar.
Selain itu ada cara promosi yang lain dengan mobil berpengeras suara yang keliling kota menginformasikan tentang film yang akan di putar, sembari menyebar lembaran poster-poster kecil tentang film bersangkutan. Saya sempat mengoleksi selebaran-selebaran poster film itu.
Pada saat remaja itu yang juga tak terlupakan adalah kebiasaan nonton film dewasa, ketika itu disebut film 17 tahun ke atas. Kami sangat sering nonton di bioskop yang memutar film-film dewasa, padahal usia kami belum 17 tahun. Bintang-bintang film 'panas' yang sangat berkesan waktu itu antara lain Edwige Fenech, Gloria Guida, Suzanna, Yatty Octavia, Yenni Rahman, Tanti Yosepha.