Aku, laki-laki dengan iman yang kendur begitu lama. Berdiri menyendiri, menyangkal porsi begitu lama. Hanya hari ini yang sadar akan kebenaran yang padat dan tersebar luas. Menemukan hari ini tidak ada dusta, atau bentuk kebohongan, dan bisa jadi tidak ada. Tetapi tumbuh tak terhindarkan pada dirinya sendiri seperti halnya kebenaran diri. Atau seperti hukum apa pun di bumi, atau produksi alami dari bumi.
Ini penasaran, dan mungkin tidak segera direalisasikan. Tetapi harus demikian menyadari. Aku merasa dalam diriku bahwa aku mewakili kepalsuan sama dengan yang lain. Dan bahwa alam semesta melakukannya.
Di mana kegagalan pengembalian yang sempurna, kebohongan acuh tak acuh atau kebenaran? Apakah itu di tanah, atau di dalam air atau api? Atau dalam semangat manusia? Daging dan darah?
Aku bermeditasi di antara para pembohong, dan mundur dengan keras ke dalam diriku, bahwa sebenarnya tidak ada pembohong atau kebohongan. Dan tidak ada yang gagal mengembalikannya dengan sempurna. Dan itulah yang disebut kebohongan adalah pengembalian yang sempurna. Dan bahwa setiap hal tepat mewakili dirinya sendiri, dan apa yang telah terjadi sebelumnya.
Dan bahwa kebenaran mencakup semua, dan padat sama banyaknya, ruangnya padat. Bahwa tidak ada cacat atau kekosongan dalam jumlah kebenaran, tetapi semuanya adalah kebenaran tanpa kecuali. Untuk selanjutnya aku akan merayakan apa pun yang kulihat. Dan kemudian aku bernyanyi dan tertawa, dan tidak menyangkal apa pun.
***
Solo, Jumat, 30 Agustus 2019. 6:12 am
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H