Jurnal Refleksi Dwi mingguan Program Guru Penggerak
Sukmawaty Zulkifli
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
Facts (Peristiwa)
Perjalanan pertama dalam kegiatan Program Guru Penggerak sangat mengejutkan. Pembelajaran dalam program guru penggerak berbeda dengan pelatihan yang pernah saya ikuti sebelumnya. Alur MERDEKA akronim dari Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, Aksi nyata merupakan sebuah alur yang masih asing bagi saya. Sebuah pelatihan umumnya dimulai dengan pemaparan materi dari nara sumber, lalu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Namun pada pelatihan guru penggerak, alurnya di balik. Diawali dengan mulai dari diri, saya menggali pemahaman awal saya tentang materi yang akan dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep secara mandiri. Pada kegiatan eksplorasi konsep, saya belajar materi yang akan dipelajari melalui bahan bacaan yang telah disematkan pada Learning Management System (LMS). Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan ruang kolaborasi dimana fasilitator memandu diskusi antara calon guru penggerak dan memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk mengelaborasi pemahaman berdasarkan eksplorasi konsep. Tahap selanjutnya adalah Demonstrasi kontekstual, dimana peserta menuangkan pemahamannya dalam bentuk sebuah karya. Tahap berikutnya adalah Elaborasi pemahaman bersama dengan instruktur dan diakhiri dengan kegiatan Aksi Nyata.
Ibarat perjalanan ke tempat wisata di puncak gunung, jalan mendaki, berliku dan berbatu penuh rintangan harus saya lewati. Selama perjalanan saya harus siap dan waspada dengan jalan yang berlubang dan berlumpur. Apabila tidak berhati-hati maka akan terperosok ke jurang yang dalam. Seperti itulah saya menggambarkan perjalanan ini. Karakteristik saya adalah seorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatunya, khawatir apabila tidak memiliki bekal yang cukup dan takut tersesat dalam perjalanan. Saya sangat terkejut ketika memasuki pelatihan ini. Tahap pertama mulai dari diri membuat saya merasa khawatir dan insecure, saya merasa belum memiliki pengetahuan apapun namun harus menuangkan pemikiran saya mengenai materi tersebut. Hal ini adalah sebuah tantangan bagi saya karena saya merasa tidak memiliki perbekalan apapun namun harus sudah beraksi. Namun saya berusaha untuk mengendalikan diri, menghilangkan perasaan negatif dan rasa khawatir. Saya belajar berdamai dengan diri bahwa tidak semua harus sesuai ekspektasi, sesempurna harapan dan setinggi angan. Berbekal optimis dan berpikiran positif, saya mulai menanamkan rasa percaya diri menuangkan pemikiran saya semampu yang saya bisa.
Feeling (Perasaan)
Perasaan saya selama 2 minggu perjalan pertama ini campur aduk. Hari pertama perjalanan saya merasa bersemangat dan bangga, karena mendapat kesempatan menjadi calon guru penggerak. Seleksi pertama dan kedua yang mendebarkan, penuh tantangan dan melelahkan terbayar saat pengumuman kelulusan. Ketika usaha membuahkan hasil sesuai harapan, membuat saya merasa gembira dan bangga atas pencapaian tersebut. Perjalanan selanjutnya adalah mulai belajar melalui Learning Management system (LMS) disinilah mulai rasa takut dan khawatir. Saya takut karena alur belajar yang berbeda dengan pelatihan yang pernah saya ikuti sebelumnya membuat saya tidak dapat mempersiapkan diri dengan baik. Saya adalah tipe "well prepared" sebelum melangkah saya harus tahu mau kemana, apa yang harus disiapkan dan bagaimana cara mencapai kesana. Alur belajar ini membuat saya merasa khawatir karena saya belum pernah mengalami hal seperti ini. Selain takut saya juga merasa khawatir dan "insecure" (tidak percaya diri), saya melihat teman-teman calon guru penggerak yang pintar dan berwawasan luas. Perasaan ini selanjutnya berubah menjadi sebuah optimisme ketika dalam ruang kolaborasi, fasilitator memandu dan mengelaborasi pemahaman awal kami melalui kegiatan diskusi dan dan berbagi knowledge antar peserta serta penguatan yang diberikan oleh fasilitator dan instruktur.
Saya semakin merasa percaya diri karena sudah memiliki pemahaman yang baik dalam filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Pemahaman ini membuat saya bersemangat untuk menerapkannya dalam kelas. Saya mulai mempelajari karakter murid, bertanya harapan dan keinginan mereka serta mulai merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik murid. Saya mulai menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid, menjadikan subjek pembelajaran dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Saya menerapkan pembelajaran dengan metode diskusi kelompok atau praktik agar murid terlibat aktif dan berkolaborasi dengan teman dan guru sehingga murid dengan karakter dan gaya belajar berbeda dapat terakomodir dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang berpusat pada murid merupakan perwujudan pendidikan yang berhamba pada anak. Melihat murid merasa senang, gembira dan bersemangat saat pembelajaran adalah sebuah kebahagiaan bagi saya.
Finding (Pembelajaran)