Assalamualaikum Wr.Wb
Halo Kriko, maaf aku meninggalkan Kompasiana Beta yang menjadi rumah barumu ini sejenak. Meskipun masih banyak kebingungan di laman ini, seperti jumlah kompasianer yang saya add yang berjumlah ratusan justru berkurang dan hilang ditelan bumi, ketidakmunculan bintang saat saya menilai artikel kompasianer lain melalui HP hingga akun-akun aneh yang bermunculan, seperti akun judi dan akun yang mempromosikan gambar-gambar opolah kuwi, akhirnya diriku muncul lagi di sini, Kriko. Apakah kamu merindukaan artikelku, Krikooo?
Anyway, kali ini saya datang membawa pemberitahuan agar anda berhati-hati...
Alkisah, beberapa bulan lalu, saya ikut menjadi tim sukses ayah saya. Bukan untuk maju Pilkada di kabupaten sebelah sana. Bukan. Tapi, saya menjadi tim sukses ayah saya di beberapa seminar. Hanya sekedar membantu mencari bahan-bahan akademis dengan berbagai tema. Pas kebetulan, ada award dan pujian kecil dari pihak pengundang. Itu artinya, usaha saya tak sia-sia. Mendapatkan hasil bagus adalah kegembiraan bagi semua orang, termasuk mendapat award sederhana. Tak terkecuali bagi saya. Alhamdulilah, saya lah si supporter rahasia sehingga menghasilkan award sederhana itu. Hehehhe. Keren kan, saya? Bergerilya di balik kegemilangan performance ayah saya? Mungkin itulah kenapa beberapa orang suka menjadi sutradara (termasuk sutradara film indie) karena bisa ‘tak kelihatan’ dalam film yang sukses ditonton dan membuat penontonnya berdecak kagum. Hmm, itulah arti sejati dari keluarga. To support each other. Fortunately, I have very good parents who really supports me. It means a lot. So, it’s my natural duty to support them, too. Well, yah, sebenarnya tidak datang sebagai kalangan akademikus di sana, tetapi ayah saya memang diundang karena memiliki rekam jejak di bidang yang berkaitan. Anyway, bukan itu masalahnya!
Jika anda diminta menjadi pembicara, perhatikanlah ucapan terimakasih dari pihak pengundang. Ini penting. Sangat penting! Kenapa? Beliau ditawari cek kosong tanpa embel-embel tulisan apapun. Maksud saya begini. Jika anda memberikan kuitansi sekalipun, anda tentu akan menuliskan kegunaan dari pembayaran anda tho? ‘Untuk membayar …’ Lalu, di bawah tulisan itu, anda sematkan angka dan kalimat yang menunjukkan sejumlah uang yang anda berikan sebagai pembayaran. Benar? Nah, itulah permasalahannya! Cek kosong ditawarkan pada ayah saya. Apa reaksi beliau? Menolak. Kenapa? Itu adalah cara untuk mengelabui atasan anda. Semisal begini. Anda diberi X rupiah. Kuitansi/cek kosong itu hanya diminta anda untuk tanda tangan. Padahal, nanti, kegunaan pembayaran itu diisi sendiri oleh pihak penyelenggara dengan jumlah X+Y+Z. Kemanakah sisa Y+Z tadi? Masuk kantong si pihak penyelenggara. Masak kantong kangguru?
Darimana ayah saya tahu? Yah, ayah saya memang mengetahui banyak hal dalam intrik-intrik pengelabuan sejenis itu. Toh, nilai terimakasihnya pun tak seberapa. Jadi, ini yang ingin saya beritahukan pada anda untuk berhati-hati. Jangan pernah terima cek kosong dan uang dimana tak ada tulisan atas kegunaan pembayaran, tanggal dan nama serta nominal angka. Ini akan memberi peluang yang lebih besar bagi oknum-oknum di berbagai instansi untuk melakukan ‘nilep uang’. Nilep uang, dalam bahasa Jawa, berarti mencuri uang. Well, itu sama saja dengan korupsi,bukan? Mungkin bukan korupsi politik yang sangat sistemik karena melibatkan kalangan eksekutif dan legislatif yang banyak jumlahnya dan masuk seluruh koran nasional bahkan disorot dunia internasional, tapi, bukankah itu berarti akan ada pula uang yang melayang? Yap, berhatilah dengan intrik-intrik semacam itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H