Lihat ke Halaman Asli

Rai Sukmaning

Perekayasa

Cerpen: Handie-Talkie

Diperbarui: 15 April 2016   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="SUmber ilustrasi: pad2.whstatic.com"][/caption]I

Setelah mematikan radio FM yang mulai terdengar ngaco, aku bertanya pada Hanta kenapa ia dan Karniya Sari selalu berhubungan lewat handie-talkie. Ia bilang ceritanya panjang.

“Kita punya banyak waktu kok.” “Kenapa tiba-tiba kamu ingin tahu tentang hal itu?”

“Entahlah,” kataku, “terlintas begitu saja di pikiranku.”

“Pikiranmu selalu dilintasi hal-hal yang aneh, huh?”

“Begitu, ya?” kataku. “Aku belum pernah memikirkan itu sebelumnya.”

Aku juga belum pernah berpikir akan meminum kopi tanpa gula sebelumnya.

Sambil meletakkan cangkir di atas meja oval, aku bilang padanya, “Kalau kamu ingin menyimpannya sendiri, enggak apa-apa kok. Kita berbagi apa yang ingin kita bagi.”

II

Kami tinggal di satu lingkungan yang teratur, bersih, dan teknis. Setiap rumah ditata sedemikian rupa, interior maupun eksteriornya, sehingga luar-dalam terlihat serupa. Prinsip yang sama juga berlaku untuk warna atap, jendela, dinding, bahkan penataan halaman depan. Yang membedakan rumah satu dan lainnya hanya nomor dan orang yang menghuninya. Sehingga tidak aneh kalau kurir yang baru pertama kali datang ke lingkungan kami akan kebingungan sekaligus takjub.

Rumahku berada tepat di sebelah rumah Karniya, perempuan yang aku cintai. Dalam deskripsi singkat: ia cantik, kulit sawo matang, rambut ikal hitam, dan menggairahkan. Kami saling mengenal sejak kecil. Kami tumbuh dan bermain bersama. Beda umur kami hanya dua tahun dan ia lebih tua dariku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline