Lihat ke Halaman Asli

Rafi Rasyid Sukmahadi

Student of Al-Azhar University

Manusia Itu Butuh Apresiasi

Diperbarui: 3 Agustus 2022   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jalan lurus : fokus ke depan, lirik-lirik saja kalau ke sampingan (dokpri)

Tiba-tiba saja terpikirkan bahwa diantara kebutuhan manusia itu adalah adanya bentuk pengakuan, penghargaan, atau apa pun itu yang bisa menambah semangat dalam bekerja. Yaaa... sering kali kita menggunakan semua ungkapan tersebut dengan apresiasi.

Namun, pada faktanya apresiasi tersebut tidak jarang diabaikan oleh sebagian orang, yang padahal dia sendiri butuh terhadap apresiasi tersebut. Terlebih apresiasi tersebut dilontarkan oleh orang yang terdekat, tercinta, apalagi yang diidolakannya.

Sederhana saja.... apresiasi itu mudah dan tidak perlu dilebih-lebihkan, sebab jika berlebih apresiasi tersebut akan berujung pada dua hal : ke-geer-an dan peng-hina-an.

Kenapa demikian?

Mungkin kita sering mengalami ketika mendapatkan sebuah prestasi apa pun itu bentuknya, ada yang benar-benar merespon apa adanya, merespon lebih dengan tujuan memberi motivasi lebih, dan ada juga yang merespon lebih dengan tujuan menjatuhkan bahkan menghancurkan semangat.

Sehingga semua respon tersebut malah menjadi pengaruh yang besar dalam aksi-aksi yang kita akan lakukan selanjutnya. Ada yang menjadi pesimis, ada juga yang bahkan malah menjadi tambah semangat karena hendak membuktikan kehebatan yang akan dihasilkan.

Lalu apa benang merah dari semua fenomena di atas?

  • Yakinilah bahwa apresiasi orang lain itu hanya sebatas nilai tambah

Maksudnya jangan sampai penghargaan, penilaian, dan tanggapan orang lain itu sebagai orientasi utama dalam perilaku kita. Enjoy-enjoy saja, dipuji tidak terbang dan dihina tidak tumbang.

  • Apresiasi terbaik itu datang dari diri sendiri

Maka self reward itu merupakan hal pokok yang harus menjadi anggaran dalam kehidupan. Diri kita sendiri punya hak atas perlakuan baik dari kita sendiri. Karena yang menjadi saksi atas suka duka kita dalam kerja keras adalah diri kita, ya kan wkwkwk.... kecuali jikalau sudah punya pasangan. Pasangan adalah diri kita dalam wujud yang lain. Silakan tafsirkan saja makna pasangan sesuai kebutuhannya masing-masing.

  • Belajar bekerja tanpa pamrih

Yaa...selain kerja keras dan kerja cerdas, kita semestinya belajar untuk kerja ikhlas. Santai saja, tidak usah ribet menggantungkan amal kita terhadap orang lain. Cukuplah Tuhan Semesta Alam yang Maha Kuasa yang menjadi saksi dan mengapresiasi amal kita.

Semua poin-poin di atas, tiada lain hanya gambaran sederhana agar kita beramal merdeka dari orang lain. Ada yang mengapresiasi dengan respon positif, yaa kita syukuri. Ada yang mengapresiasi dengan respon kurang baik, yaa kita jadikan bahan evaluasi untuk kedepannya. Selamat merdeka untuk diri kita masing-masing. Terima kasih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline