Why am I afraid to tell you who I am? Cause if I tell you who am i, you may not like who I am ( John Powell)
Kepercayaan itu mahal harganya. Mungkin itulah paradigma yang dari dulu terbangun dalam masyarakat, dan betul adanya paradigm tersebut bukan isapan jempol belaka. Percaya adalah meyakini benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dan sebagainya). Dan kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu dapat dipercayai (KBBI V)
Kepercayaan adalah nilai hidup paling primer. Mengapa begitu? Tanpa kepercayaan setiap sisi kehidupan tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya atau bahkan tidak berjalan. Misalnya saja jika seorang penumpang pesawat tidak mampu mempercayai pilot dalam mengendarai pesawatnya maka bisa jadi penumpang tersebut tidak akan sampai ke tujuannya.
Pun dalam kehidupan, dalam hubungan terhadap siapapun kepercayaan selalu menjadi hal yang utama. Pepatah mengatakan "trust is like a paper, once it's crumbled it can't be perfect". Ya itu adalah realita bukan hanya kata-kata, karena kepercayaan dari orang lain sangat mempengaruhi kehidupan interpersonal individu.
Bagaimana jika kita kehilangan kepercayaan dari orang lain?
Di awal telah dikatakan bahwa kepercayaan sangat penting dalam setiap sisi kehidupan, jika seseorang telah kehilangan kepercayaan dari orang lain, maka yang akan terjadi adalah orang tersebut akan mendapati kecurigaan dan ketidaknyamanan orang lain ketika berada didekatnya. Mendapatkan sebuah kepercayaan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menumbuhkan kepercayaan membutuhkan proses yang panjang dan menjaga kepercayaan adalah sebuah perjuangan.
Lalu, bagaimana menumbuhkan kepercayaan pada orang lain?
Bagi sebagian orang menumbuhkan kepercayaan pada orang lain teruntuk orang baru adalah hal yang sulit. Terutama tipe orang introvert atau tertutup, ornag yang tertutup terkadang akan sulit untuk membuka bagaimana dirinya pada orang lain sekalipun orang tersebut telah dikenalnya cukup lama.
Kepercayaan adalah bagaiamana kita mampu memaafkan masa lalu, dan mencoba untuk mengubah mindset mengenai orang baru ataupun orang yang pernah membuat luka pada diri kita.
Contohnya saja, seorang konselor dan konseli. Dalam proses konseling dibutuhkan waktu yang panjang mulai dari pengenalan masalah, seluk beluk terjadinya sebuah permasalahan hingga bagaiamana solusi terbaiknya. Hal tersebut tidak akan berjalan dan berfungsi untuk menangani sebuah kasus jika tidak timbul kepercayaan dari diri seorang konseli terhadap seorang konselor.