Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya untuk dapat tumbuh dan berekembang secara optimal. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan asupan nutrisi anak tercukupi dengan baik sehingga anak memiliki status gizi yang baik pula. Akan tetapi, saat ini di Indonesia masih banyak dijumpai kasus anak dengan status gizi kurang. Gizi kurang sendiri merupakan istilah yang menunjukkan kondisi seseorang akibat rendahnya angka konsumsi energi dan protein dalam waktu yang lama sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Permasalahan ini dapat berlangsung lama dan dapat mengganggu pertumbuhan, dan perkembangan anak. Kondisi gizi kurang ini terjadi karena rendahnya angka konsumsi energi dan protein pada anak sebagai akibat rendahnya pengetahuan ibu tentang nilai gizi. Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan gizi di masyarakat adalah dengan menerapkan Program KADARZI (Keluarga Sadar Gizi). Sasaran program ini adalah seluruh anggota keluarga yang menerapkan perilaku gizi seimbang.
Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai tersebut. Sebuah keluarga harus sadar gizi karena keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi individu, dimana pola makan keluarga dapat memengaruhi status gizi setiap anggota keluarganya. Dan keluarga yang sadar gizi juga dapat memiliki kualitas kesehatan yang lebih tinggi. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia cara mengetahui keluarga sudah sadar gizi adalah dibuktikan dengan status gizi anggota keluarga baik, tidak ada berat badan lahir rendah dalam keluarganya, semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium, semua ibu memberikan ASI pada bayi lahir sampai usia 6 bulan, balita dalam keluarga memiliki berat badan yang naik sesuai umur, dan tidak ada masalah gizi yang serius dalam keluarga.
Indikator KADARZI yaitu :
1. Menimbang berat badan secara teratur.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi 0-6 bulan
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Memberikan suplemen gizi sesuai anjuran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan KADARZI yaitu pengetahuan ibu untuk dapat berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Keterbatasan pengetahuan ibu menjadi kendala dalam pola asuh terhadap anak. Semakin ibu memiliki pengetahuan tentang nilai gizi maka semakin diperhitungkan ragam dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Namun, seseorang yang tidak memiliki cukup pengetahuan tentang nilai gizi akan memilih makanan yang hanya menarik panca indera tanpa memperhatikan kandungan gizinya.
Selain itu, faktor penguat yang dapat mempengaruhi pelaksanaan KADARZI adalah peran aktif dari para pemangku kesehatan seperti kader posyandu. Posyandu erat dengan KADARZI karena salah satu indikator keberhasilan program KADARZI adalah menimbang berat badan dan memberi suplemen gizi yang dilakukan di posyandu, sehingga kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesehatan balita. Adanya peran kader dalam pemasyarakatan KADARZI juga dapat mempengaruhi pelaksanaan KADARZI pada setiap keluarga di suatu daerah, hal ini dikarenakan dengan melakukan penyuluhan atau penyebaran informasi mengenai lima indikator KADARZI, maka membuat masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan KADARZI.