'Iam not Lucky, iam blessed'. Saya yakin kalian pernah bahkan mungkin sering mendengar kalimat tersebut, kalimat pendek namun sarat makna. Dan setiap orang biasanya punya artian tersendiri tentang kalimat di atas, begitupun dengan saya.
Rasanya tak berlebihan jika saya katakan kalimat itu menggambarkan pribadi saya, bahwa saya tidak beruntung tetapi saya diberkati. Namun dengan diberkati maka saya pun merasa beruntung.
Diberkati tak melulu berupa materi tetapi dengan kita diberi kesehatan adalah berkat, kita dipertemukan dengan orang-orang hebat, orang-orang baik atau teman-teman yang baik, itupun adalah berkat. Termasuk saya bisa mengenal Pak Thamrin Dahlan adalah berkat.
Jika teman-teman kompasianer sudah sangat mengenal Pak Thamrin Dahlan, karena sudah sama-sama lama bergabung di Kompasiana, Juga karena karyanya yang luar biasa, mungkin saya sebaliknya. Boleh dikatakan saya belum lama mengenal Pak Thamrin Dahlan, saya mengingatnya baru empat kali bertemu di setiap event yang berhubungan dengan kompasiana, karena saya pun masih terbilang baru di kompasiana.
Namun lama atau singkatnya waktu bukanlah menjadi tolak ukur seseorang itu menjadi lebih "Dekat" semua tergantung manusianya, kata saya. Dan hari pertama saya mengenal Pak Thamrin Dahlan, saya merasa langsung dekat, kita seperti punya "chemistry" tak hanya beliau juga ada
beberapa kompasianer lainnya, mungkin karena saya senang berteman, atau itu perasaan saya saja? Semoga tidak ya, hehehehe....
Satu hal saya menganggap Pak Thamrin Dahlan seperti Ayah saya, beliau adalah Ayah yang baik dan selalu mengingatkan hal-hal yang baik, Semoga beliau pun tidak keberatan dengan ucapan saya.
Dan ketika kakak Muthia, mengundang saya pada pada 'Peluncuran Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan dan Buku Ke-30 Sepuluh Tahun di Kompasiana, senang itu sudah pasti saya rasakan, meskipun sebenarnya saat itu kondisi saya kurang sehat.
"Nanti juga saya pasti diundang langsung," kata saya ke kak Muthiah dengan PD-nya saya (Percaya Diri), begitulah saya dan benar Pak TD (biasa disapa Kompasianer begitu), menghubungi mengingatkan saya, dan ini adalah namanya berkat yang patut disyukuri karena bisa kembali berjumpa dengan teman-teman setelah sekian lama terkungkung akibat dampak Pandemi Covid-19.
Banyak ilmu yang saya dapatkan di acara launching Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan dan Buku ke-30 Sepuluh Tahun di Kompasiana yang digelar di Coffee Tofee Depok dengan diikuti sekitar 15 kompasianer dari Jabodetabek. Baik itu dari Pak Thamrin Dahlan sendiri, Pak Dian, Pak Isson, Pak Yon Bayu dan yang lainnya.
Kagum sudah pasti, betapa tidak Pak Thamrin Dahlan di usia yang tak lagi tergolong muda, meskipun masih terlihat muda karena semangat dan energynya, sudah melahirkan 30 buku selama 10 tahun menulis di Kompasiana, terhitung sejak 19 Agustus 2010.
Dan saat ini juga telah mendirikan sebuah Badan Hukum berbentuk yayasan dengan nama Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, dengan surat Keputusan KEMENHUMHAM RI, Nomor AHU-0013926.AH.01.12 Tahun 2019, Tanggal 29 Juli 2019, Alamat: Bumi Harapan Permai (BHP) Jl. Bumi Pratama VIII Blok A 23 kelurahan Dukuh Jakarta Timur 13550 Telp. (021)87799665.
Bahkan menjelang usia ke 70 tahun, Pak TD menargetkan 10 buku lagi, Itu tak diragukan mengingat beliau
merupakan pensiunan Dinas Kesehatan di Kepolisian RI dipastikan disiplin dalam mengelola waktunya.
Kedisiplinan mengolah waktu membuat beliau berhasil melahirkan bermacam karya, baik itu reportase, opini atau karya sastra yang
dikemas dalam bentuk puisi atau pantun termasuk menulis artikel politik.
Buku pertamanya dengan Judul: Bukan Orang Terkenal (2012) sedangkan buku yang ke-30 Judulnya: PSBB Jakarta (2020) dan Karya besarnya yang berhubungan dengan politik adalah buku dengan judul "Prabowo Presidenku" buku biografi tentang Prabowo Subianto.
Sebagai pemula dari usaha penerbitan buku ini, YPTD memberikan gratis pengurusan ISBN bagi mereka yang menerbitkan buku mereka di YPTD. Ayo teman-teman kompasianer yang ingin membuat buku, mumpung YPTD memberikan gratis, seperti saya katakan ini adalah berkat dan kita terberkati.