Mendengar kata "bunuh diri" artinya mengakhiri hidup diri sendiri dan
orang yang mengakhiri hidupnya sendiri sering disebut orang yang
paling bodoh.
Namun setiap orang yang melakukan hal bodoh tersebut
biasanya punya alasan dan baiknya jangan men-judge namun merangkulnya.
Saya salah seorang termasuk di dalamnya, meskipun tidak pernah mencoba
untuk bunuh diri, tetapi saya sempat berpikir ke arah sana, "bagaimana
kalau saya bunuh diri saja, mungkin dengan begitu keluarga saya akan
senang dan saya tidak lagi bahan ejekan, hinaan juga tak dianggap
beban....," saya tau untuk memikirkan itu pun adalah perbuatan yang
tidak baik apalagi sampai melakukannya, dalam ajaran manapun bunuh
diri tidak diperbolehkan.
Adalah hal sepele mungkin buat orang lain yang mendengarnya atau buat
mereka saudara-saudara saya yang selalu mengejek saya, yang memang
saya memiliki banyak kekurangan dibanding mereka terlebih soal kondisi
ekonomi, mereka secara sadar atau tidak tetapi itu sangat melukai hati
saya karena secara terus menerus dilakukan, sekali dua kali saya
memahami tetapi jika segala sesuatu dikatakan tidak lagi berdasarkan
fakta, logika dan tak lagi ada hati nurani, terlebih saya merasa
merasa sendiri tak punya siapa-siapa hingga suatu ketika saya rapuh
dan terlintas dipikiran saya memikirkan hal-hal yang tak selayaknya
saya pikirkan.
Beruntung tiba-tiba teringat di benak saya salah seorang penghotbah
pernah mengatakan; bahwa saya tidak sendirian, meskipun kamu tidak
berharga di mata orang-orang, namun kamu berharga di mata Tuhan, jadi
jangan sia-siakan hidup mu, selama hidup di dunia masalah pasti ada,
namun Tuhan tidak akan memberikan masalah di luar kekuatan kamu,
percaya dan yakini bahwa Tuhan bersama dengan kamu. Dan sayapun
tersadar, terimakasih Tuhan.
Jika ada orang lain akhirnya menyadari kekeliruan yang diambil karena
mendapatkan rangkulan dan dukungan dari lingkungan sekitar atau
mungkin teman-temannya, mungkin saya berbeda, meskipun saya sendiri
pun mengharapkan rangkulan itu.
Seperti yang disampaikan ibu Novi Yulianti (MotherHope Indonesia)
"Mari kita menunjukkan empati, mengajak berbicara berinteraksi secara
lebih positif, membantu menyelesaikan masalah, mengajak terlibat di
kegiatan-kegiatan positif dan menyenangkan, atau ikut di komunitas,
mencarikan bantuan profesional, mengenali siapa saja teman-temannya,
menjauhkan dari alat-alat penunjang bunuh diri, dengan demikian kita
sudah ikut membantu mencegah bunuh diri.
Dari cerita ibu Novi, ternyata ibu ini pun pernah mengalami depresi
berat pasca melahirkan sehingga ingin bunuh diri, awalnya berharap
anak pertamannya lahir dengan normal ternyata caesar, begitupun saat
anak ke duanya lahir, air susu ibu tersebut tidak keluar, ibu ibu yang
datang menjengunya terus bertanya, acapkali menasehati hingga
membuatnya kembali depresi dan sering berlaku kasar terhadap sang bayi
yang tak punya salah, ini sungguh miris ditambah keluarganya tidak
perduli.
Namun Ibu novi tampaknya tidak memperlihatkan kegelisahannya di depan
umum dengan alasan agar tidak di bully, sebab ibu Novi adalah lulusan
psikologi yang harusnya mampu mengatasi kondisi kejiwaanya. Namun
sebaliknya ia sendiri tidak sanggup mengatasi kegelisahannya sendiri
hingga Ibu Novi mengenal dan bergabung di Komunitas MotherHope
Indonesia yang mana dalam komunitas tersebut saling membantu dan
menguatkan dan akhirnya membuat kesadarannya menjadi lebih baik dan
juga menjadi ibu yang lebih baik.
Ibu Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si (Ikatan Psikolog KlinisIndonesia), yang sengaja dihadirkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes
)RI, selain Dr. Dr. Fidiansjah M. A, Sp.KJ, MPHD (Direktur Pencegahan
dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA) juga Ibu Novi dari
MotherHome Indonesia, selain bekerja sama mencegah bunuh diri
sekaligus memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) atau World
Mental Health Day yang ke-27 dengan megusung tema "Mental Health
Promotion and Suicide Prevention" penguatan pada #sehatJiwa dan
#CegahBunuhDiri, membenarkan pernyataan ibu Novi bahwa komunitas itu
penting. Karena komunitas mampu memberikan dukungan semangat yang
tidak didapatkan dari keluarga atau orang terdekat, artinya komunitas
dapat mencegah bunuh diri.
Menurut WHO 2018, Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang
menyebabkan kematian diri sendiri dan ini merupakan penyebab kematian
nomor 2 terbanyak untuk masyarakat berusia 15 hingga 29 tahun. Dan
prevalensi bunuh diri di Indonesia 3,7 per 100ribu penduduk setiap
tahun. Dimana masalah kesehatan jiwa yang menjadi prioritas kesehatan
masyarakat adalah bunuh diri, seperti tahun 2010 angka bunuh diri di
Indonesia mencapai 1,6 -1,8% per 100.000 penduduk atau sekitar
5000/tahun.