Lihat ke Halaman Asli

Sukma Widya Ramadhania

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Panas! Tinjau Hubungan Korsel-Korut Setelah Melepas 200 Artileri

Diperbarui: 10 Januari 2024   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Latihan Militer Siaga Perang, Korsel Bersama AS di Pulau Perbatasan (sumber: CNN Indonesia)

Semenanjung Korea kembali tegang, Jumat pagi 5 Januari 2024 Korea Selatan mendapat kiriman berupa 200 tembakan artileri dari Korea Utara di zona penyangga maritim di sebelah utara Garis Batas Utara (NLL). 

Pemerintah Korea Selatan pun memerintahkan pengevakuasian terhadap masyarakat Pulau Baengnyeong dan Pulau Yeonpyeong, karena kedua pulau ini merupakan tempat mendaratnya artileri serta sebagai bentuk pencegahan terhadap apa yang sedang terjadi. Hal ini pun mencuri perhatian masyarakat dunia untuk meninjau kembali sejarah hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara ini.

Pecahnya kedua negara ini disebabkan oleh desakan Uni Soviet dan Amerika setelah kekalahan Jepang di tahun 1910-1945. Perpecahan ini membuat Korea Selatan di bawah kekuasaan Amerika Serikat dan Korea Utara dikuasai Uni soviet dengan pemahaman dan ideologi yang berbeda. 

Pada pertengahan tahun 1950 terjadi penyerangan antara Democratic People’s Republic of Korea (DPRK) dan Republic of Korea (ROK) akibat kedua negara ini berupaya mengklaim kedudukan lawannya tanpa adanya dialog. Akhir pertempuran ini dilakukan dengan gencatan senjata yang menciptakan zona demiliterisasi sebagai zona penyangga yang ketat antar kedua negara ini. 

Pada tahun 1956, Korea Utara mengembangkan sebuah nuklir bersama Uni Soviet dan hal itu pun menjadi ancaman besar bagi Korea Selatan. Berbagai kebijakan yang ditawarkan Korea Selatan kepada Korea Utara untuk reunifikasi dan rekonsiliasi untuk menyatukan kembali Korea mulai dari Special Foreign Policy Statement Regarding Peace and Unification, New Peaceful Unification Formula, Commonwealth Unification, Four Party Talk antara AS, China dan Korea, hingga Sunshine Policy tidak dapat menghentikan gejolak antara kedua negara ini.

Menanggapi hal ini, Korea Selatan melakukan penyeimbangan kekuatan (balance of power). Penyeimbangan kekuatan ini merupakan inti dari konsepsi kepentingan nasional dan kebijakan aliansi. Strategi balance of power merupakan gagasan filsuf Yunani Kuno yang bernama Thucydides. Balance of Power merupakan salah satu konsep tertua dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional yang berkaitan dengan diplomatik dan teori realis. 

Logika kedua hal tersebut mengharuskan negara untuk memberikan prioritas pada kelangsungan hidup dan keamanan warga negaranya. Dalam upaya menyeimbangkan kekuatan, Korea Selatan melakukan kerjasama militer bersama Amerika Serikat sedangkan Korea Utara bersama dengan Uni soviet. Aksi provokasi yang diberikan oleh Korea Utara pada 5 Januari ini pun membuat Korea Selatan melakukan latihan militer pertama kalinya di pulau perbatasan bersama militer Amerika Serikat.

Sukma Widya Ramadhania dan Rahayu Adiningsih, Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline