Lihat ke Halaman Asli

Wanita Hebat Asal Papua

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Update berita di media sosial saya kali ini, ramai membicarakan tentang Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-60 di Bandung. Gelak tawa dan keakraban serta romantika nostalgia bergelora kembali di Bandung. Buat saya hal itu biasa saja, karena romantika dan nostalgia bisa saja berlalu tanpa arti jika kita semua gagal memanfaatkan momentum ini untuk tidak hanya mempererat tali persahabatan namun juga peningkatan berbagai sektor kepentingan nasional.

Yang menarik bagi saya justru bukan datang dari para pemimpin Asia Afrika yang berkumpul-kumpul dan bercengkrama, namun sosok wanita muda asal Papua bernama Ariella Alberthina Yoteni. Situs media majalahselangkah.com memberitakan adanya aktivis pro kemerdekaan Papua yang mengkritik dan bahkan menghujat Ariella yang menjalankan perannya sebagai pembicara khusus kementerian luar negeri untuk menjelaskan soal perkembangan Papua (http://majalahselangkah.com/content/-perempuan-papua-ini-dikabarkan-dipakai-kemenlu-jelaskan-soal-papua-di-kaa).

Kritik tajam diarahkan kepada wanita muda ini oleh seorang aktivis Papua di Jakarta bernama Marthen Goo, yang disebut-sebut memperoleh informasi dari 'orang dalam' kemenlu yang menyebut bahwa Ariella menggadaikan diri untuk Indonesia. Tak mau kalah dengan rekan seperjuangannya, aktivis Papua yang lain Jeffrey Wenda mempertanyakan peremuan ini bicara soal Papua atas nama siapa?

Saya terus terang tertawa dalam hati, mentertawakan kedua aktivis ini pun demikian halnya dengan majalahselangka.com seraya merasa iba mengingat hingga abad ini mereka masih 'tersesat' antara realitas dan khayalan. Saya mengingat, kata-kata bijak dari John F. Kennedy yang menyatakan dalam inaugurasinya, "Ask not what your country can do for you, but ask what you can do for your country". Jangan tanyakan apa yang bisa negara perbuat untuk mu, tetapi tanyakan apa yang sudah kamu buat bagi negaramu. Kata bijak ini sederhana namun mengandung makna yang dalam untuk mengingatkan hak dan kewajiban kita. Apa yang dilakukan Ariella (andaikan betul, sebab saya tidak memperoleh apapun dari website resmi kemenlu), adalah bagian dari pekerjaannya sebagai staf kementerian luar negeri. Dan andaikan memang betul ia berbicara soal Papua, maka sebagai bagian dari institusi resmi pemerintah, Ariella berhak menjelaskan perkembangan Papua didasarkan pada realitas yang terjadi. Institusi resmi lho... bukan orang di jalan lalu diminta bicara.

Oleh karenanya, saya berpendapat bahwa ini wanita hebat. Nilai 'plus'nya juga karena darimana ia berasal, tanah yang dianggap sebagian orang penuh darah dan perlawanan. Ariella berani berbicara yang melawan 'pakem' yang berlaku di tempat ia berasal, dasarnya hanya satu, niat baik disertai dengan kebenaran. Sekali lagi, John F Kennedy bicara, Do not pray for easy lives, pray to be stronger men. Ariella memilih jalan yang sulit karena ia yakin bahwa ia kuat dan berada di jalan yang benar. Bukan seperti orang-orang di luar sana yang sibuk memaki dan menghujat demi memperoleh easy lives dari siapapun yang membayarnya.

SW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline