Lihat ke Halaman Asli

Sukir Santoso

pensiunan guru yang suka menulis

Perjuangan KH Wahid Hasyim Menuju Kemerdekaan Indonesia

Diperbarui: 3 November 2024   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wikipedia

PERJUANGAN KH WAHID HASYIM MENUJU KEMERDEKAAN INDONESIA

Oleh: Sukir Santoso

KH Wahid Hasyim adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, baik sebagai seorang ulama maupun sebagai pemimpin politik yang memiliki pengaruh besar dalam perjuangan bangsa. Beliau adalah putra KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Sebagai seorang intelektual dan pejuang kemerdekaan, KH Wahid Hasyim berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta memperjuangkan peran Islam dalam kehidupan berbangsa.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Lahir pada 1 Juni 1914 di Jombang, Jawa Timur, KH Wahid Hasyim merupakan putra KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan ulama besar yang sangat dihormati di Indonesia. KH Wahid Hasyim tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat kuat dengan nilai-nilai keislaman. Ia dibesarkan di Pondok Pesantren Tebuireng, yang saat itu sudah dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Indonesia.

Sejak usia dini, KH Wahid Hasyim sudah mendapatkan pendidikan agama yang ketat dari ayahnya dan ulama-ulama lain di pesantren tersebut. Selain belajar Al-Qur'an, tafsir, fikih, dan hadis, ia juga mempelajari ilmu bahasa Arab, sehingga menguasai kitab-kitab klasik dalam tradisi Islam. Di bawah bimbingan KH Hasyim Asy'ari, ia tidak hanya diajarkan ilmu agama secara mendalam tetapi juga nilai-nilai kepemimpinan dan kecintaan pada tanah air.

Ketika berusia sekitar 15 tahun, Wahid Hasyim mulai memperlihatkan ketertarikannya pada ilmu pengetahuan umum yang lebih modern. Pada tahun 1932, dalam usia sekitar 18 tahun, ia memutuskan untuk pergi ke Mekkah guna memperdalam ilmu agama dan memperluas wawasan tentang dunia Islam. Selama berada di Mekkah, Wahid Hasyim tidak hanya belajar di lingkungan Masjidil Haram tetapi juga berdiskusi dengan tokoh-tokoh intelektual Islam dari berbagai negara, seperti Mesir dan India.

Di sana, ia terpapar pada pemikiran Islam modern yang berkembang di dunia Islam saat itu, termasuk gagasan pembaruan dalam Islam dan bagaimana umat Islam bisa berperan lebih luas di era modern. Pengalaman ini membentuk pola pikirnya yang inklusif dan moderat, serta menumbuhkan keinginannya untuk menerapkan prinsip-prinsip Islam yang adaptif dan relevan dengan konteks Indonesia.

Sekembalinya ke Indonesia, KH Wahid Hasyim berupaya menerapkan pemikiran-pemikiran modern yang ia peroleh. Di pesantren Tebuireng, ia memperkenalkan kurikulum yang memadukan pendidikan agama dan umum. Ia menambahkan pelajaran seperti matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah ke dalam sistem pendidikan pesantren yang sebelumnya lebih fokus pada pelajaran agama. Langkah ini dianggap sebagai terobosan di kalangan pesantren dan menjadi salah satu kontribusi besarnya dalam memperbarui sistem pendidikan Islam di Indonesia.

Aktivitas Melalui Nahdlatul Ulama (NU)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline