Lihat ke Halaman Asli

Model Simultan Penentuan Toleransi Komponen Produk Rakitan dan Pabrik dalam Kolaborasi Manufaktur Make-to-Order

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Model Simultan Penentuan Toleransi Komponen Produk Rakitan dan Pabrik dalam Kolaborasi Manufaktur Make-to-Order

Ada beberapa dimensi strategi kompetitif bagi perusahaan manufaktur untuk memenangkan persaingan bisnis dalam lingkungan yang dinamis yaitu: kualitas, ongkos yang rendah, dan penyerahan order yang tepat waktu. Namun strategi tersebut tidak selalu konvergen, karena upaya untuk memenuhi kualitas sering kali berpengaruh pada kenaikan ongkos produksi dan penambahan lead time yang berdampak jadwal pengiriman (delivery time).Untuk memperbaiki kualitas produk dengan mereduksi efek variabilitas variansi sulit dan terlalu mahal untuk dihilangkan dalam proses manufaktur, maka pengendalian variansi melalui desain toleransi berfungsi membatasi variabilitas di sekitar target karakteristik kualitas produk yang menjadifunctional requirements bagi konsumen.

Penentuan toleransi pada tahap desain lebih difokuskan pada upaya memenuhi persyaratan fungsional dengan nilai toleransi yang seketat mungkin, sehingga kurang mempertimbangkan kapabilitas proses manufaktur. kekurangan yang ditimbulkan jika penentuan toleransi dilakukan secara sekuensial, antara lain :

1. Tidak ada hubungan yang jelas antara toleransi produk dengan toleransi pemesinan; dimana perencana proses terbatas pada tinjauan komponen, sehingga tidak memiliki tinjauan produk setelah dirakit

2. Menyita banyak waktu karena akan ada pekerjaan yang berulang karena proses recheck toleransi antara bagian perancang desain produk dan perencana proses.

3. Memperpanjang lead time.

Dalam perkembangan penelitian penetapan toleransi selanjutnya, model minimisasi ongkos manufaktur saja dianggap belum merepresentasikan ongkos kerugian yang harus ditanggung oleh konsumen akibat variabilitas performansi produk yang diterima,

sekaligus ongkos yang dikeluarkan produsen untuk mencapai performasi produk yang diminta konsumen.

Banyak pakar kualitas yang menyatakan bahwa sebagian besar permasalahan dan ongkos-ongkos yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah terkait dengan kualitas produk disebabkan oleh kualitas dan variabilitas material yang dipasok oleh supplier untuk proses manufaktur, diantaranya adalah :

1. Feng et al, membangun model stochastic integer programming

2. Irianto dan Rahmat , jaringan manufaktur make-to-order (MTO) dan engineering-toorder (ETO) berdasarkan batasan toleransi dan jadwal pengiriman

3. Tseng dan Huang, menegaskan pentingnya penentuan toleransi dimensi komponen dan pabrik yang sesuai untuk melakukan proses manufaktur untuk setiap komponen produk rakitan dalam lingkup kolaborasi manufaktur.

Pengembangan model simultan penentuan toleransi dan pabrik untuk melakukan proses manufaktur komponen rakitan dalam makalah ini dengan mengasumsikan:

1. Kolaborasi sistem manufaktur MTO menerapkan konsep JIT dan lean manufacturing.

2. Total delivery lead time adalah manufacturing lead time, waktu transportasi dan waktu perakitan produk yang diperlukan untuk pemenuhan order.

3. Proses bervariasi mengikuti distribusi normal dengan rata-rata μ dengan batas penyimpangan proses adalah 6σ.

4. Karakteristik kualitas menyimpang dari target desain secara simetris mengikuti fungsi kerugian kuadratik.

Pendekatan statistik digunakan untuk melakukan estimasi terhadap akumulasi toleransi

pada produk rakitan, yang didasarkan fakta bahwa probabilitas komponen berada pada titik ekstrem selang toleransi sangat rendah. Pendekatatan statistik dapat menghasilkan toleransi produk rakitan yang lebih ketat, toleransi komponen yang lebih longggar, dan ongkos produksi yang lebih rendah.

1. Deskripsi Sistem

Suatu produk rakitan tersusun atas I komponen (Gambar 1), dimana setiap komponen ke-i dapat diproduksi dengan proses manufaktur yang tersedia pada beberapa alternatif pabrik, dari pabrik ke-j hingga pabrik ke-J. Setiap pabrik yang terlibat dalam kolaborasi ini memiliki karakteristik yang spesifik dalam ongkos manufaktur dan ongkos operasional kolaborasi yang meliputi: ongkos setup, ongkos material handling, ongkos operasi perakitan, ongkos operasi manual, dan ongkos transportasi.

2. Notasi Model

Notasi model adalah lambang , dapat berupa huruf ataupun angka yang digunakan untuk mempermudah dalam memodelkan sistem.

3. Formulasi Model

Fungsi tujuan dalam formulasi model optimisasi simultan penentuan toleransi dan pabrik pada kolaborasi manufaktur make-to-order adalah minimisasi total ongkos (TC), yang merupakan penjumlahan ongkos manufaktur, ongkos kerugian kualitas dan ongkos operasional untuk kolaborasi manufaktur pada banyak pabrik. Dengan demikian, fungsi tujuan model dapat dinyatakan dengan persamaan. Batasan pertama menunjukkan bahwa penetapan toleransi komponen tidak boleh melebihi toleransi desain produk rakitan. Batasan kedua menjamin totaldelivery lead time untuk seluruh komponen tidak melebihi batas waktu penyerahan (delivery due date) order kepada konsumen. Delivery lead time adalah waktu (point of time) dimana orderditerima dari konsumen hingga waktu (point of time) order tersebut dipenuhi. Dengan demikian,delivery lead time dapat diformulasikan dengan waktu manufaktur (manufacturing lead time) komponen ke-i pada pabrik ke-j dan waktu transportasi ditambah waktu perakitan produk akhir yang dipesan oleh konsumen. Batasan ketiga merupakan batas kepresisian proses (process precision limits) pada masing-masing pabrik. Dua batasan model yang terakhir menyatakan batasan fungsional untuk pemilihan pabrik.

Secara umum solusi optimal yang diperoleh dalam implementasi model pada contoh numerik menunjukkan bahwa beberapa komponen dengan nilai toleransi yang sama akan diproduksi dalam satu pabrik dengan total ongkos operasional kolaborasi yang paling rendah. Meskipun pabrik tersebut tidak selalu menyelesaikan produksi dengan lead time yang paling singkat. Sementara itu, nilai toleransi yang dikehendaki adalah sedang. Hal ini dapat dipahami karena pada toleransi yang ketat akan meningkatkan ongkos manufaktur, dan jika toleransi diberikan terlalu longgar dapat menurunkan kualitas produk rakitan akhir. Hasil uji numerik pada makalah ini dapat memberikan deskripsi bahwa dalam persoalan kolaborasi manufaktur, memilih pabrik dengan ongkos manufaktur yang terendah saja dapat menurunkan kualitas produk akhir. Hal ini terlihat pada contoh numerik bahwa solusi optimal yang dihasilkan untuk pabrik yang terpilih parameter ongkos tetap proses pemesinan tidak selalu merupakan nilai yang terkecil dari alternatif yang ada. Namun, total ongkos operasional pada suatu pabrik yang paling rendah perlu dipilih untuk meminimasi total ongkos pada fungsi tujuan akhir. Pada makalah ini telah dibahas pengembangan model optimisasi simultan penentuan toleransi danpabrik untuk melakukan proses manufaktur komponen rakitan. Model yang diusulkan merupakanpengembangan model Tseng dan Huang [20]. Pengembangan dilakukan dengan membuat keputusan simultan penentuan toleransi komponen dan pabrik dengan memperhatikan batasan toleransikualitas dan batasan delivery time untuk meminimumkan total ongkos pada kolaborasi sistem manufaktur berbasis pesanan (make-to-order).Analisis toleransi dalam pengembangan model pada makalah ini menggunakan pendekatan statistic (root sum square criteria) yang berbeda dengan pendekatan worst case criteria pada model Tseng dan Huang [20]. Formulasi model yang dikembangkan mengggunakan mixed integer nonlinear programmingsebagai metode pencarian solusi. Pada contoh numerik yang disajikan, proses optimisasi dapat menghasilkan solusi optimal. Solusi optimal yang didapatkan tidak sensitif jika perubahan yang terjadi pada batasan toleransi kualitas dan batasan delivery time tidak besar. Sedangkan penambahan alternatif pabrik untuk memproduksi suatu komponen dapat mengubah alternatif pabrik yang dipilih. Hasil uji numerik pada makalah ini memberikan deskripsi bahwa dalam persoalan kolaborasi manufaktur, memilih pabrik dengan ongkos manufaktur yang terendah saja dapat menurunkan kualitas produk akhir. Namun total ongkos operasional pada suatu pabrik yang paling rendah perlu dipilih untuk meminimasi total ongkos pada fungsi tujuan akhir.

Model yang dikembangkan dalam makalah ini memperhitungkan karakteristik kualitas produknominal is the best, dalam penelitian selanjutnya perlu dikembangkan model dengan memperhitungkan karakteristik kualitas produk larger is the better dan smaller is the better.



1. Cakravastia, A., Toha, I. S., and Nakamura, N.,

A Two Stage Model for the Design of Supply

Chain Network, International Journal of

Production Economics, 80, 2002, pp. 231-248.

2. Choudhary, A. K, Singh, K, A., and Tiwari, M.

K., A Statistical Tolerancing Approach for

Design of Synchronized Supply Chains, Robotics

and Computer-Integrated Manufacturing, 22,

2006, pp. 315–321.

3. Dangayach, G. S., and Deshmukh, S. G., An

Explanatory Study Manufacturing Strategy

Practices of Machinery Manufacturing Companies

in India, Omega: The International Journal

of Management Science, 34, 2006. pp. 254-273.

4. Feng, C. X., Wang, J., and Wang, J. S., An

Optimization Model for Concurrent Selection of

Tolerances and Supplier, Computer & Industrial

Engineering, 40, 2001, pp.15-33.

5. Hallgren, M., and Olhager, J., Differentiating

Manufacturing Focus, International Journal of

Production Research, 44(18-19), 2006, pp.3863-3878.

6. Hillier, F. S., and Liberman, G. J., Introduction

to Operations Research, 8th ed., McGraw-Hill,

New York, NY, 2005.

7. Huang, M. F., Zhong, Y. R., and Xu, Z. G.,

Concurrent Process Tolerance Based on Minimum

Product Manufacturing Cost and Quality Loss,

International Journal of Advanced Manufacturing

Technology, 25, 2005, pp. 714-722.

8. Irianto, D., dan Putri, N. T., Pengembangan

Model Optimisasi Penetapan Toleransi Produk

Rakitan, Jurnal Teknik dan Manajemen

Industri, 26(2), 2006, pp. 48-58.

9. Irianto, D., and Rahmat, D., A Model for Optimizing

Process Selection for MTO Manufacturer with

Appraisal Cost, Proceedings of the 9th Asia Pacific

Industrial Engineering & Management Systems

Conference, 2008, pp. 220-225.

10. Lin, S. S., Wang, H. P., and Zhang, C., Optimal

Tolerance Design for Integrated Design, Manufacturing,

and Inspection with Genetic Algorithms

in Zhang, H.C., Advanced Tolerancing Techniques,

Willey Series in Engineering Design and Automation,

1997, pp.261-281.

11. Montgomery, D. C., Introduction to Statistical

Quality Control, 4th ed., John Willey & Sons, inc.,

Hoboken, NJ, 2001.

Mustajib / Model Simultan Penentuan Toleransi Komponen Produk Rakitan / JTI, Vol. 12, No. 2, Desember 2010, pp. 109–118

117

12. Mustajib, M. I., Pengembangan Model Pemilihan

Proses untuk Produk Rakitan dengan Memperhitungkan

Ongkos Kualitas, Prosiding Seminar

Nasional Teknik Industri dan Manajemen

Produksi IV (Quality and Manufacturing

Management), 2009, pp. 162-167.

13. Mustajib, M. I., and Irianto, D., An Integrated

Model for Process Selection and Quality

Improvement in Multi-Stage Processes, Journal

of Advanced Manufacturing Systems, 9(1), 2010,

pp. 31-48. DOI: 10.1142/S021968670001788.

14. Peng, H. P., Jiang, X. Q., and Liu, X. J.,

Concurrent Optimal Allocation of Design and

Process Tolerances for Mechanical Assemblies

with Interrelated Dimension Chains, International

Journal of Production Research, 46(24),

2008, pp. 6963–6979.

15. Samadhi, T. M. A. A., and Hoang, K., Partner

Selection in A Shared CIM System, International

Journal of Computer Integrated

Manufacturing, 11(2), 1998. pp. 173–182.

16. Singh, P. K., Jain, P. K., and Jain, S. C., A

Genetic Algorithm-Based Solution to Optimal

Tolerance Synthesis of Mechanical Assemblies

with Alternative Manufacturing Processes:

Focus on Complex Tolerancing Problems,

International Journal of Production Research,

42 (24), 2004, pp. 5185–5215.

17. Singh, P. K., Jain, S. C., and Jain, P. K.,

Advanced Optimal Tolerance Design of Mechanical

Assemblies with Interrelated Dimension

Chains and Process Precision Limits, Computer

in Industry, 56, 2005, pp. 179-194.

18. Singh, P. K., Jain, S. C., and Jain, P. K.,

Concurrent Optimal Adjustment of Nominal

Dimension and Selection of Tolerance

Considering Alternatives Machines, Computer-

Aidded Design, 38, 2006, pp. 1074-1087.

19. Taguchi, G., Chowdhury, S., and Wu, Y.,

Taguchi’s Quality Engineering Handbook, John

Willey & Sons, Hoboken, NJ, 2005.

20. Tseng, Y. J., and Huang, F. E., A Multi-Plant

Tolerance Allocation Model for Products Manufactured

in a Multi-Plant Collaborative Manufacturing

Environment, International Journal of

Production Research, 47(3), 2009, pp. 733-749.

21. Ye, B., and Salustri, F. A., Simultaneous Tolerance

Synthesis for Manufacturing and Quality, Research

in Engineering Design, 14, 2003, pp. 98-106.

22. Zhang, G., Simultaneous Tolerancing for Design

and Manufacturing, International Journal of

Production Research, 34(12), 1996, pp.3361-3382.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline