Lihat ke Halaman Asli

Fathur Mafianto

Guru, penjahit, dan traveller writing

Bingkai Kematian

Diperbarui: 17 Februari 2020   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hdqwalls.com

 dunia ini indah bagi aku,
di mana aku lahir menjelma kupu-kupu

setelah kepompong terkelupas
dan kehancuran adalah layar kematian
dari detik ke detik
tanpa menengok abad yang mulai luntur
peradabannya

lama sekali aku menanti belas kasihan ini
di antara duka yang menjadikanku ilusi
meski jurus mantra kupersembahkan utuh
pada kobaran api yang menyala redup
agar ia membuatku selamanya hilang dari
canda tawa

mungkin setelah kusiram darah ini,
Tuhan menghadiahkanku surga
dan membuatkanku sejuta senja
lebih terang dari cahaya api
untuk kembali pada Rahim yang pernah aku singgah

lantas, mengapa neraka terus mengejarku?
barangkali aku tidak welas pada malaikat,
atau pada bunga yang kerap kali bermekaran
memberi keindahan pada mata telanjang ini
entah,
yang pasti, ragaku bukan milikku lagi.
kupersembahkan saja pada api itu

pada puluhan ribu kilo,
aku meretas jadi sebutir abu
dan kematian adalah harapanku, kini.
lepas dari rana duka

Gubuk reyot, 28/7/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline