Mengalah demi kepentingan/ kemuliaan orang lain, itulah salah satu sifat yang dimiliki oleh seseorang yang berjiwa altruistic. Menurut Augeste Comte , altruisme berasal dari kata Prancis autrui , yang berarti orang lain. Definisi altruisme berkembang menjadi jiwa altruistic dimaknai jiwa mengalah untuk memuliakan orang lain.
Jiwa altruistic memiliki kedekatan makna dengan nilai-nilai pengajaran Jawa " wani ngalah luhur wekasane" maksudnya kalau kita mau mengalah demi kemuliaan orang lain, kita akan mendapatkan kemuliaan juga.
Tidak semua orang memiliki jiwa altruistic atau jiwa ikhlas mau mengalah demi kemuliaan dan kebaikan orang lain. Banyak kita temui, mungkin juga ada pada diri kita sendiri atau anggota keluarga kita berambisi " Pokoknya yang utama kita dahulu".
Mengutamakan diri kita sendiri, keluarga dan kelompok kita tanpa mempedulikan orang lain itulah lawan dari jiwa altruistic atau dikenal dengan jiwa egoistic . Menurut KBBI dan teori filsafat, egoistic dimaknai adalah sifat seseorang yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan orang lain untuk meraih kesejahteraan diri.
Dalam acara tabligh akbar di bulan Muharam beberapa waktu lalu KH Abdullah Gymnastiar mengajak kita terutama para generasi millenial untuk berlatih memiliki jiwa altrusitic/ berjiwa ikhlas mengalah demi kemaslahatan orang lain. Lebih jauh dijelaskan bahwa jiwa ikhlas mengalah memiliki manfaat yang penting dalam kehidupan antara lain: meringankan beban hati dan pikiran kita untuk menghadapi kehidupan, membantu kita membangun kebaikan dalam hubungan dengan orang lain. Berikutnya, dengan jiwa altruistic, kita dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menghormati.
Manfaat paling utama jika kita memiliki jiwa altruistic kita akan mendapatkan keberkahan dalam hidup. Ketika kita melakukan sesuatu dengan ikhlas mengalah untuk orang lain, Allah SWT akan memberikan keberkahan atas apa yang kita lakukan.
Lalu bagaimana cara memiliki jiwa ikhlas untuk mengalah?
Pertama, melatih diri melalui doa dan berniat memiliki jiwa "legowo" / tulus dan sabar: Ketulusan dan kesabaran adalah kunci dalam memiliki jiwa yang mampu mengalah. Kita perlu berlatih tetap tenang dan sabar dalam menghadapi tantangan dan konflik. Perlu kita ingat bahwa ikhlas mengalah bukan berarti kalah, tetapi merupakan tindakan bijak untuk menciptakan kedamaian dan kebaikan dalam hubungan dengan orang lain.
Kedua mengenal diri sendiri: Kita perlu mengenali kelebihan dan kelemahan, serta perlu mengidentifikasi nilai-nilai yang penting bagi kita. Dengan memahami diri sendiri, kita akan lebih mudah mengendalikan emosi dan mengambil keputusan yang tepat saat menghadapi situasi sulit.
Ketiga, berlatih empati: Mengembangkan jiwa yang mampu mengalah juga melibatkan kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kita perlu melatih untuk menjadi lebih empatic dengan mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba melihat dari sudut pandang orang lain, dan menghargai perbedaan pendapat
Keempat mengedepankan kebaikan: Mengalah bukan hanya tentang menyerah atau mengalahkan diri sendiri, tetapi juga tentang mengedepankan kebaikan. Ketika menghadapi konflik, perlu kita pertimbangkan apa yang terbaik bagi semua pihak dan cari solusi yang saling menguntungkan.