Di ujung tahun 2022 bagi kami sangat istimewa. Usia pernikahan kami genap 24 tahun, tepanya tanggal 17 Desember 1998 di hari Kamis, kami menikah. Di bulan ini, kami adalah salah satu pasangan yang sangat beruntung . Keuntungan yang pertama: saya mendapat hadiah dari bos Regar Sport (RS) untuk menunaikan umroh.
Proses cepat, kami bisa berangkat dengan istri bersama group biro Umroh Hasanah Wonogiri. Keuntungan yang kedua kami bisa merayakan milad pernikahan genap 24 tahun dengan bahagia. Yang terakhir, ini justru terpenting kami bisa lebih memahami arti kehidupan, arti kesyukuran, arti keluasan pikiran dan jiwa.
Sekilas tentang usia pernikahan 24 tahun. Ini bukan waktu yang pendek. Kami dikaruniai 4 anak yang sehat-sehat, semangat belajar dan nurut kepada orang tua. Ini semuanya bukan rekayasa dan bukan kehebatan kami. Allahlah yang Maha pendidik dan Kuasa atas segala sesuatu. Allahlah yang menjodohkan kami. Karena kami belum mengenal sama sekali dengan istri sebelum kami menikah.
Pernikahan berawal dari "terpaksa dijodohkan" namun membawa nikmat. Buah pernikahan kami: anak pertama Ikhlasul Amaliah lulusan D3 FISIP Adv UNS sudah bekerja sebagai content creator di Adv Company, yang kedua anak cantik juara kelas Lily Khoirul Amaliah sudah dipanggil oleh Allah SWT. Anak ketiga Khusnul Amaliah kelas XI SMA. dan Hasanul Amali kelas 5 SD kini berjuang untuk menjadi hafidz Al Qur an.
Apapun kondisinya kami dididik harus ikhlas atas segala sesuatau yang terjadi atas scenario Allah SWT. Anakku ada yang sudah meninggal: jelas harus diikhlaskan. Bahkan saya pernah menasihati saudaraku yang belum dikaruniai anak: tetap harus ikhlas. Karena pada hakikatnya kita tidak mampu membuat anak.
Kembali kepada kisah kami dalam menjalani pernikahan selama 24 tahun, tentu suka duka pasti ada. Namun, Alhamdulillah kami didominasi rasa bahagia, karena kami adalah pasangan yang selalu saling mengingatkan bahwa hidup harus bersyukur, dampak dari kesyukuran adalah kebahagiaan. Selama 24 tahun Alhamdulillaah kami tidak pernah congkrah, kami berusaha menghadapi berbagai situasi dengan kepala dingin.
Dalam keseharian kami dihiasi senyum tawa atas kelucuan anak-anak kami dan lelucon dari candaan kami sendiri. Walau sebelum menikah kami dihiasi rasa kuatir : menikah tanpa kenal sebelumnya, bisakah bahagia ? Namun berusaha memaksa hati dan pikiran untuk saling rebutan ngalah. Jalan-jalan bersama, main badminton bersama, menyapu bersamama adalah kegiatan yang menghiasi harian kami. Bahkan ada beberapa tetangga yang berseloroh : wah betapa mesranya!.
Kami selalu teringat nasihat kyai bahwa syurga bisa diciptakan di dunia asal pikiran dan hati kita dihiasi rasa syukur dan ikhlas. Dan ami berjuang untuk meraih syurga di dunia dan di akherat.
Demikian juga saat kami merayakan milad ke 24 di Makkah Almukarromah kami hiasi dengan kemesraan dan kekompakkan: thawaf , sa'i penuh semangat sesekali kami bergandengan dan kami akhiri sedikit shopping dengan dana terbatas.
Semoga kehidupan kami dan kehidupan pembaca dikaruniai keberkahan oleh Allah swt.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H