Menurutku bisnis adalah seni berpikir kreatif. Walau sebenarnya profesi saya seorang guru PNS, namun saya termotivasi untuk berwirausaha atau bisnis dengan modal nekat. Profesi PNS tidak bisa diwariskan ke anak cucu, sedangkan menjadi wirausahawan bisa dinikmati dan diwariskan ke anak cucu. Alhamdulillah aku dan istri telah mampu membangun bisnis kecil-kecilan.
Kami mengawali bisnis dengan brand sendiri "Kedai Kopi Santri". Kedai ini dijalankan oleh istriku juga sebagai sarana pembelajaran "entrepreneurship"untuk ketiga anakku. Kami membuka usaha kedai kopi yang dilengkapi dengan warung klontong kecil-kecilan. Menurutku "..need to be patient and tough to get a better business ".
Saya pernah mendapat nasihat dari teman, jika punya modal mending ikut bisnis wara laba atau "franchise". Saya belum memutuskan untuk mengikuti nasihatnya.
Akhirnya saya "hunting" berbagai referensi tentang bisnis wara laba. Dan saya menemukan bahwa bisnis wara laba memiliki kelemahan di antaranya bahwa ter-waralaba atau "Franchisee" harus memiliki modal financial terlebih dulu, modal nekat saja belum cukup.
Kedua ter-waralaba atau "Franchisee" tidak bisa berkreatif sendiri, karena kedua belah pihak terikat oleh peraturan dengan pewara laba atau "franchisor". Ketiga, keuntungan bisnis dari "franchisee" dipotong , karena terikat aturan royalty dari perjanjian awal.
Kini kami sekeluarga memulai untuk memiliki usaha dengan "brand sendiri" tanpa ikatan peraturan wara laba. Keyakian saya bahwa untuk menjadi wirausahawan dengan brand sendiri tidak harus memiliki modal besar.
Saya berusaha mewujudkan impian dan niat positif saya bahwa dengan modal nekatpun kita bisa sukses.
Kini bisnis kedai saya sudah berjalan lebih dari dua tahun, walau keuntungan financial belum maksimal, minimal kalau barang barang tidak laku terjual, kami sekeluarga juga membutuhkanya.
Mungkin di antara pembaca membutuhkan tip bagaimana memiliki dan mengembangkan bisnis dengan "brand" sendiri, berikut tip 4 M dari kami:
1.Merencanakan, dan menentukan segmen usaha. Bisnis saya berupa kedai kopi dan warung kelontong kecil-kecilan . Kebetulan rumah kami dekat dengan sekolahan pondok pesantren, jadi segmennya untuk anak santri dan anak sekolah.
2. Mengundang investor. Investor percaya kalau kita bisa dipercaya. Salah satu investor saya adalah adik ipar saya dan sahabat. Sobat saya termasuk pemberi pinjaman lunak tanpa bunga, dia percaya karena kami berusaha memiliki " track record " bisa dipercaya. Mereka sudah mencatat bahwa uang pinjaman tahun -tahun yang lalu beres terbayarkan. Tanpa ngemplang. Kebetulan rumah saya strategis untuk bisnis.