Kalau ada berita ada oknum PNS suka membolos kerja, saya turut prihatin, bersedih dan malu. Yang menggaji PNS adalah rakyat. Sedangkan masih banyak rakyat yang menderita. Setahuku penerimaan gaji PNS tetap lancar, memang sudah seharusnya diimbangi dengan kinerja yang bagus.
Sebagai seorang guru PNS, saya merasa harus bersyukur. Maka saya harus meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja saya. Barang kali pembaca ada yang bertanya bagaimana ceritanya saya bisa menjadi PNS.
Saya lahir bukan dari keluarga PNS, ortuku keduanya petani ladang di daerah tandus Wonogiri. Saya anak terakhir dari 8 beraudara. Kakakku hanya satu yang menjadi PNS. Beliau dulu seorang tenaga tata usaha di salah satu SMP negeri, lalu melanjutkan kuliah dan menjadi guru.
Tidak ada keluarga yang memotivasi saya untuk menjadi PNS. Di desa saya, kebanyakan pria seusia saya setelah lulus SMP atau SMA bahkan lulus dari SD merantau ke kota -kota besar. Kebanyakan mereka merantau ke Jakarta.
Saya memiliki perbedaan perjalanan hidup dibanding teman-teman di desa dan kakak-kakakku. Dari kecil saya tidak ingin merantau menjadi buruh, juga saya tidak mau menjadi seperti ortuku kerja di ladang. Apalagi ladang di daerah saya ladang tandus. Maka saya berusaha agar nasib saya lebih baik. Saya termotivasi untuk rajin dalam belajar, saya memiliki obsesi ingin bersekolah setinggi-tingginya. Walau kurang biaya tidak boleh menyerah.
Setelah lulus SMP saya merantau ke Solo sambil kerja dan sekolah ke SMA dan Alhamdulillah setelah SMA bisa diterima tes UMPTN di FKIP bahasa Inggris UNS Solo. Alhamdulillaah, saya bisa lulus SMA dan melanjutkan kuliah tanpa pernah minta uang ke ortu dan saudara.
Saya bisa kuliah pun juga masih sambil bekerja sebagai "paper boy"alias tukang Koran. Karena kekuatan dan Keadilan Allah Tuhan yang Maha Kuasa, melalui jasa salah satu dosen, saya dicarikan bea siswa.
Singkat cerita saya lolos terjaring bisa mendapatkan bea siswa Ikatan Dinas. Saya mendapat tunjangan ikatan dinas sampai saya lulus. Penerima TID /tunjangan ikatan dinas membawa konsekuensi, setelah lulus kuliah saya harus mau menjadi PNS dan bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia.
Benar setelah lulus saya ditempatkan di salah satu SMA di kabupaten Wonogiri. Jadi saya menjadi PNS tanpa memalui seleksi yang ribet. SK PNS cukup dibagikan di ruang kemahasiswaan kampus UNS lalu secepatnya saya disuruh mencari sekolah yang tertera di SK.
Menjadi guru PNS bagi saya bukan suatu prestasi. Ini sungguh suatu kebetulan, seperti sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Saya tidak melamar dan tanpa proses wiyata bakti. Banyak teman saya memiliki nilai IPK lebih bagus dibanding nilai IPK saya, juga sudah WB namun setelah lulus mereka masih kesulitan mencari pekerjaan. Maka sungguh rugi kalau saya tidak bersyukur.
Sebagai wujud rasa syukur, begitu mudahnya saya mendapat pekerjaan. Maka saya niatkan menjadi PNS adalah pengabdian jiwa dan raga. Konsekuensinya saya niatkan harus menjadi guru berprestasi dan juga mampu membelajarkan siswa untuk berprestasi.