Lihat ke Halaman Asli

Maskatno Giri

🌄©Mas Guru B.INGGRIS SMA,The Alumnus of English P PS UNS SURAKARTA

Hari-hari Tanpa Hujan dalam Kenangan

Diperbarui: 6 September 2021   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kenangan di hari -hari tanpa hujan. Kegiatan  favoritku saat itu  adalah berteduh di bawah pohon  trembesi sambil memungut buahnya yang jatuh. Setelah melalui perjuangan saling adu cepat dengan sesame kawan bermain,  terkumpulah  beberapa gepok buah trembesi. 

Perlu bersabar selama beberapa hari, buah trembesi yang lengket perlu dijemur dan dikuliti.  Biji trembesi alias godril  dijemur lagi, setelah kering godril digoreng menggunakan kuali gerabah. 

Setelah pecah kulit godril kita makan bareng-bareng menuju tempat nongkrong di bawah trembesi. Sesekali kita dihibur oleh  suara dan bau kentut efek dari makan godril. Itulah kenangan indah dan asyik saat  hari-hari tanpa hujan.

Dari masa kecil sampai remaja  kuhabiskan di salah satu desa tandus   wilayah Baturetno Wonogiri. Bagiku kehidupan di desa tandus membawa kesan dan pesan yang sangat dalam.   Saat musim kemarau, di desa  saya terlihat kering kerontang. 

Tanah keras menganga, tumbuhan meranggas tanpa hiasan daun sedikitpun, banyak ditemui pohon ketela Cuma  sedikit daun di pucuknya. Namun di ujung desa kami  bisa temui ada dua pohon trembesi besar bisa bertahan hidup dengan daun rimbun dan buah lebat.

Terasa sekali perbedaannya bila dibanding musim penghujan. Kalau musim penghujan, jalan jalan desa sulit dilewati dengan nyaman. Tanah lempung hitam terasa seperti lem kayu menempel kuat di kaki, alas kaki dan roda sepeda. 

Doa dan harapan semoga kemarau cepat berakhir.  Dampak kemarau panjang, untuk memenuhi kebutuhan makan susah. Bisa makan nasi putih atau nasi beras merupakan keistimewaan. 

Kami tidak punya dana kalau sering makan nasi putih atau nasi beras. Kalau punya kakak atau ortu yang merantau  kebutuhan makan tidak begitu masalah, kiriman uang tidak banyak pun menjadi sangat bernilai untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Bagi yang keluarganya  di desa saja biasanya hari demi hari  hanya mampu  makan nasi tiwul .

Musim penghujan  sangat kami rindukan. Kerinduan sepertinya akan segera  menjadi kenyataan. Bila sudah ada tanda-tanda pergantian musim. Hembusan angin dingin,  gumpalan awan tipis menghiasai langit. Ini pertanda musim penghujan sudah dekat. Baru akan menyambut musim penghujan saja, warga desa sudah menyambutnya dengan suka cita. 

Mereka sudah  membalikkan tanah menjadi bongkahan bongkahan , bila ini terkena  guyuran hujan sedikit saja akan   gembur dan siap untuk ditanami jagung. Pala wija tanaman favorit saat awal musim penghujan.

 Intensitas hujan semakin  meningkat bila jumlah gumpalan awan semakin pekat. Guyuran hujan yang tidak deras pun berdampak, rerumputan dan aneka ragam tumbuhan sudah bermunculan dengan tunas barunya. Genangan air Sungai kecil di dekat rumahku sudah mulai banyak dan mengalir sedikit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline