Kenangan di hari -hari tanpa hujan. Kegiatan favoritku saat itu adalah berteduh di bawah pohon trembesi sambil memungut buahnya yang jatuh. Setelah melalui perjuangan saling adu cepat dengan sesame kawan bermain, terkumpulah beberapa gepok buah trembesi.
Perlu bersabar selama beberapa hari, buah trembesi yang lengket perlu dijemur dan dikuliti. Biji trembesi alias godril dijemur lagi, setelah kering godril digoreng menggunakan kuali gerabah.
Setelah pecah kulit godril kita makan bareng-bareng menuju tempat nongkrong di bawah trembesi. Sesekali kita dihibur oleh suara dan bau kentut efek dari makan godril. Itulah kenangan indah dan asyik saat hari-hari tanpa hujan.
Dari masa kecil sampai remaja kuhabiskan di salah satu desa tandus wilayah Baturetno Wonogiri. Bagiku kehidupan di desa tandus membawa kesan dan pesan yang sangat dalam. Saat musim kemarau, di desa saya terlihat kering kerontang.
Tanah keras menganga, tumbuhan meranggas tanpa hiasan daun sedikitpun, banyak ditemui pohon ketela Cuma sedikit daun di pucuknya. Namun di ujung desa kami bisa temui ada dua pohon trembesi besar bisa bertahan hidup dengan daun rimbun dan buah lebat.
Terasa sekali perbedaannya bila dibanding musim penghujan. Kalau musim penghujan, jalan jalan desa sulit dilewati dengan nyaman. Tanah lempung hitam terasa seperti lem kayu menempel kuat di kaki, alas kaki dan roda sepeda.
Doa dan harapan semoga kemarau cepat berakhir. Dampak kemarau panjang, untuk memenuhi kebutuhan makan susah. Bisa makan nasi putih atau nasi beras merupakan keistimewaan.
Kami tidak punya dana kalau sering makan nasi putih atau nasi beras. Kalau punya kakak atau ortu yang merantau kebutuhan makan tidak begitu masalah, kiriman uang tidak banyak pun menjadi sangat bernilai untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Bagi yang keluarganya di desa saja biasanya hari demi hari hanya mampu makan nasi tiwul .
Musim penghujan sangat kami rindukan. Kerinduan sepertinya akan segera menjadi kenyataan. Bila sudah ada tanda-tanda pergantian musim. Hembusan angin dingin, gumpalan awan tipis menghiasai langit. Ini pertanda musim penghujan sudah dekat. Baru akan menyambut musim penghujan saja, warga desa sudah menyambutnya dengan suka cita.
Mereka sudah membalikkan tanah menjadi bongkahan bongkahan , bila ini terkena guyuran hujan sedikit saja akan gembur dan siap untuk ditanami jagung. Pala wija tanaman favorit saat awal musim penghujan.
Intensitas hujan semakin meningkat bila jumlah gumpalan awan semakin pekat. Guyuran hujan yang tidak deras pun berdampak, rerumputan dan aneka ragam tumbuhan sudah bermunculan dengan tunas barunya. Genangan air Sungai kecil di dekat rumahku sudah mulai banyak dan mengalir sedikit.