Begitu ada pernyataan "Child Free Solution" saya tersentak dan bersemangat mau berkisah tentang masa lalu saya, karena saya pernah memiliki keputusaan "child free". Saat muda saya memaksakan diri berlatih siap-siap ikhlas dengan tidak memiliki anak. Karena saat itu saya merasa bahwa saya bukan pria normal, seperti sebagaimana pria pada umumnya. Bukan tanpa alasan, saat remaja saya belum pernah merasakan mimpi basah. Tidak tahu kenapa. Faktor kejiwaan atau fisik.
Keyakinan saya dan sepengetahuan saya sebagai kenormalan umum bahwa mimpi basah pertanda sebagai laki laki normal dan balig. Kedua, saya adalah lelaki minder. Penyebanya banyak: kemiskinan, wajah dan kecerdasan pas-pasan. Karena saking mindernya saat remaja pun saya tidak berani naksir cewek.
Perlu pembaca ketahui bahwa saya adalah produk pendidikan pengajian yang ketat dalam menjaga pergaulan. Saya belum pernah berpacaran, bahkan saya belum pernah berboncengan dengan wanita selain makhrom sampai saya rampung kuliah.
Lulus kuliah lalu menikah. Tak terasa usia pernikahanku sudah lebih dari 20 tahun. Keputusan dan keyakian saya sebagai "Child free" batal. Kini, saya telah dikaruniai 4 anak. Anak pertama sudah kuliah di PTN Solo. Anak kedua meninggal saat umur 10 tahun. Masih misteri penyebab kematiannya. Masih teringat di benak saya: Lili Khoirul Amaliah anak rajin, juara 1, dan cantik. Hari Kamis masih masuk sekolah, hari jumat meninggal saat dibawa ke RS. Anak ketiga kls X SMA dan yang terakhir kls 4 SD. Menurutku diamanati 4 anak itu anugerah , diluar dugaan dan rencana saya saat muda . Maksudnya , saya merasa kok tahu-tahu diberi amanah banyak anak?
"Just an unforgettable memory": setelah lulus dari FKIP b. Inggris PTN SOLO September 1998, 17 Desember 1998 saya dijodohkan dengan salah satu murid seorang ustadz, beliau kakak ipar saya. Karena pertimbanagan kemanusiaan: ibu saya sakit, saya anak terakhir yang harus merawat ibu. Kupaksakan diri "bismillah" saya menikah dengan gadis yang belum pernah kukenal. Jujur saja saya menikah agak terpaksa dan ragu-ragu.
Skenario Allah SWT, dua bulan setelah menikah istri tidak mens, setelah dicek oleh dokter dinayatakan hamil. Saya merasa ini mimpi. "Saya akan memiliki anak. Ya Allah !! Alahamdulillaah ini amanah" .
Setelah menikah saya merasa bahagia. Semakin bahagia rasanya kami diberkahi dengan kehadiran anak sehat dan normal , yang lahir di November 1999. Keyakinan saya bahwa " The real Scenario maker" adalah Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa. Manusia tidak mampu dan kuasa membuat anak. Sejatinya saya sebagai manusia lemah. Kemampuan saya sekedar berencana.
Bagi Anda yang memiliki "Chlid Free Solution" terserah Anda. Namun, solusi dan kehendak kita pun bisa berubah , sebagai mana waktu juga berjalan dan berlalu. Hati dan pikiran kita pun bisa berubah. Sering hidup disimpulkan sebagai pilihan. Namun, saya merasakan sendiri bahwa saya sering dipilihkan yang lebih baik. Menurutku Life is not our choice. Saya tidak punya daya untuk memilih hidup, juga tdk berdaya menolak untuk menikah dengan seorang wanita dengan niat demi Ibu. Saya dipilihkan oleh Allah yang terbaik menurutNya. Allahu a'lamu bishawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H