Mungkinkah karena terbiasa hidup yang serba berkelebihan, sehingga membuat pola pikir dari bakal Calon wakil pesiden (cawapres) Sandiaga Uno, seperti tidak membumi?
Sandiaga Uno mengatakan bahwa kalangan ibu-ibu atau emak-emak, yang ditemuinya di Pasar Cipuan, Pekanbaru, mulai merasakan dampak dari merangkaknya nilai Dolar Amerika terhadap rupiah. Hal ini terjadi, karena kebutuhan pokok, termasuk sayur-sayuran yang dibeli kaum emak-emak itu merupakan produk impor sehingga harganya ikut merangkak naik.
"Ini kebutuhan sehari-hari mereka. Jadi, ini yang menjadi kekhawatiran emak-emak dan ibu-ibu," papar Sandiaga Uno, seperti dikutip di laman Suara.com (05/09/2018).
Sepertinya, agak berlebihan kiranya jika Sandiaga Uno lebih mengkhawatirkan ibu-ibu atau emak-emak yang kesulitan membeli kebutuhan pokok sehari-harinya yang kebetulan produk impor.
Sebagai seorang, yang katanya dianggap memahami persoalan ekonomi, bukankah sebaiknya Sandiaga bisa lebih bijak, dan memberikan nasehat atau pengertian kepada emak-emak yang dijumpainya itu agar membiasakan diri menggunakan produk lokal, seperti sayur-sayuran yang ditanam dan dipetik petani lokal, sehingga tidak dipengaruhi oleh naiknya nilai mata uang Dolar Amerika. Daripada memakmurkan ekonomi negara lain, kan lebih baik kita ikut memakmurkan petani-petani kita sendiri.
Alangkah Bijaknya Jika Sandiaga Uno Mencontoh JK
Dalam keadaan fluktuasi nilai mata uang Dolar Amerika terhadap Rupiah, Sandiaga Uno sebaiknya bijak melihat keadaan. Dalam hal ini, Sandiaga bisa mencontoh apa yang dilakukan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Seperti dilansir di laman Viva.co.id (04/09/2018), Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar masyarakat bisa menunda dulu untuk membeli barang-barang impor, selama merangkaknya nilai Dolar Amerika, misalnya dengan menunda membeli tas hermes, atau bahkan mobil-mobil mewah.
Dengan tidak membeli barang-barang impor, tentu saja kebutuhan akan mata uang dolar bisa lebih ditekan, sehingga keberadaanya tidak justru membuat ekonomi Indonesia jadi meradang. Kekhawatiran Sandiaga Uno akan fluktuasi nilai Dolar dan mengaitkannya dengan emak-emak ini juga terlalu berlebihan.
Bahkan, bisa dikatakan terlalu berlebihan jika apa yang terjadi saat ini, dianggap sama seperti krisis moneter (krismon) 20 tahun lalu. Apa yang terjadi saat ini jelas berbeda. Dengan nilai inflasi yang masih rendah, daya beli masih bisa terjaga, apalagi emak-emak yang memang tidak berbelanja dengan menggunakan mata uang dolar. Kecuali, jika emak-emak borjuis yang lebih memilih produk impor dibandingkan produk lokal.
Ayo dong Mas Sandi, membumi dong!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H