Lihat ke Halaman Asli

Jokowi bersama Pengungsi, Asian Games 2018 Ditutup dengan Penuh Kebahagiaan dan Optimisme!

Diperbarui: 3 September 2018   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi penutupan Asian Games di Lombok/VoaIndonesia.com

Pesta olahraga terbesar di Benua Asia, Asian Games 2018 telah berakhir. Gelaran yang berpusat di Jakarta dan Palembang, serta beberapa tempat di Jawa Barat dan Banten ini, menyisahkan kenangan yang tak bisa dilupakan.

Adalah Joko Widodo (Jokowi) tak bosan-bosannya memastikan pentas olahraga ini bisa sukses di adakan di Indonesia. Seakan tak peduli dengan 'nyinyiran' yang keluar dari politisi di luar Pemerintahannya, Jokowi terus memacu jajarannya untuk meyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana cabang olahraga beserta infrastruktur pendukung kegiatan. 

Seperti halnya Presiden Pertama RI Sukarno yang membangun Istora Senayan, Hotel Indonesia (sekarang Hotel Kempinski), Stasiun TVRI, dan sebagainya ketika akan menjadi tuan rumah Asian Games 1962, apa yang dibangun Jokowi juga diharapkan juga bermanfaat di masa-masa mendatang. Hal ini, seperti yang dikatakan Jokowi saat rapat terbatas Asian Games pada 18 April 2017.  

Seperti yang dilansir di laman Kominfo.go.id (28/07/2017), Dirinya ingin agar momentum Asian Games 2018 ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa. Selain itu, Jokowi juga meminta agar rakyat tidak berpikir bahwa semua yang dibangun hanya untuk Asian Games semata. Bagi Jokowi, kita membangun infrastruktur itu juga untuk kepentingan kemajuan bangsa kita di masa depan.

Selain segala fasilitas dan infrastruktur, Jokowi juga memperhatikan sisi manusianya, yaitu atlet-atletnya. Selain mendapatkan uang saku satu juta per harinya, bonus yang dijanjikan bagi peraih medali pun cukup fantastis. Kenaikannya cukup fantastis bila dibandingkan dengan even sebelmnya. Bahkan, atlet yang tidak meraih medali pun akan tetap mendapatkan bonus dari pemerintah.

Hasilnya pun terbukti, atlet-atlet kita sukses melebihi target yang diberikan Pemerintah. Indonesia masuk empat besar, dengan raihan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Itulah rekor terbanyak Indonesia  sepanjang sejarah penyelenggaraan Asian Games.

Jokowi di lokasi gempa Lombok/Merdeka.com

Memahami adanya sebagian rakyat kita yang terkena bencana di Lombok, Presiden Jokowi pun mengajak warga Lombok di pengungsian untuk menonton bersama penutupan Asian Games 2018. Setelah pembagian bonus di Istana Negara, Jokowi langsung terbang ke Lombok. Inilah momen kebersamaan antara Presiden dan rakyatnya. 

Ada pesan tersirat dari kehadiran orang nomor satu di Indonesia ini di tenda pengungsian. Jokowi lebih memilih berada bersama pengungsi dibandingkan berada di Gelora Bung Karno. Ada rasa optimisme yang coba dibangun Jokowi untuk masyarakat korban gempa.

Hal ini jadi bukti, bahwa meskipun gempa di NTB ini tidak dikategorikan sebagai bencana nasional, upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat beserta jajarannya tidak ada yang berubah sedikit pun.

Kebahagian yang dirasakan di malam penutupan Asian Games, bukan cuma dirasakan mereka yang ada di GBK, tetapi juga dirasakan di masyarakat pengungsi di Lombok. Kebahagian lainnya dari NTB, adanya sosok Lalu Muhammad Zohri yang akan menginspirasi lahirnya atlet-atlet berbakat lainnya dari NTB. Meskipun, Zohri gagal meraih medali di final lari 100m, usianya yang masih muda jadi bekal sukses di masa depan, TribunNews.com (01/09/2018).

Lalu Muhammad Zohri/TribunNews.com

Jika kita pandai mengambil momen kesuksesan kita di ajang Asian Games 2018 ini, maka semangat untuk terus menjadi pemenang tak akan hilang begitu saja. Para pimpinan organisasi olahraga juga harus terus berbenah melahirkan atlet-atlet baru, sehingga regenerasi atlet tidak mandek di tempat.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline