Lihat ke Halaman Asli

Teman dan Saya Berbincang Menjelang Tahun 2012, Eh Jadi Bahas Kiamat

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa hari menjelang datangnya tahun baru, tepatnya tanggal 29 Desember kemarin. Saya dan teman berbincang di sore hari di teras rumahnya. Bincang punya bincang, hingga akhirnya dia teringat kiamat 2012. Lalu masuklah kami berdua kepembahasan soal itu.

Dia sepertinya agak yakni tahun ini akan kiamat, paling tidak akan terjadi sesuatu yang besar berupa bencana atau malapetaka, saking besarnya hingga pantas di kategorikan kiamat -- kiamat berukuran sedang mungkin -- hehehe.

Kekhawatiran sedikit terlihat di wajahnya, saya amati sembari menyaksikan mulutnya komat-kamit menyebut sejumlah ramalan tahun 2012 dari peradaban kuno hingga tokoh abad pertengahan, yang semuanya mengindikasikan kiamat akan jatuh tahun ini.

"Lalu saya tanya kepadanya, memang kenapa kalau tahun ini kiamat?" Sebelum dia menanggapi. Saya tanya kembali; "Memang kamu bisa mencegahnya?" Bukannya menjawab kedua pertanyaan itu. Namun ia terus membeberkan semua indikasi saling bertautan untuk mendukung akan hal yang ia yakini.

Jujur saja hilang selera didiri untuk tetap duduk diteras rumahnya sore itu. Padahal sebelumnya suasana tampak friendly menyambut datangnya Maghrib, pemandangan mata saya tangkap pun adem, karena pekarangan rumahnya banyak ditumbuhi tanaman.

Lalu saya tegaskan lagi, "Memang kenapa kalau kiamat dan kamu bias apa jika benar terjadi?" Dia menjawab, yah tentu saya belum siap dan takut.

Kalau begitu tidak usah dipusingkan, kata saya. Karena kiamat atau pun tidak, kamu tidak akan mungkin mencegahnya. Lebih baik sekarang, jalani hidup dan menjadi orang baik yang selalu menjaga hubungan kepada Tuhan dan sesama mahluk. Jika sudah begitu, Insya Allah tidak akan ada kekhawatiran lagi dengan berita ramalan.

Dia manggut-manggut, dan pukul sudah sekitar 16:23 WIB saat melirik jam. Lalu saya tagih janjinya, yang menawarkan kopi panas. Ia teringat, oh iya sebentar saya pesan dulu ke pembantu. Dia masuk kedalam, lalu saya bersandar memandangi tanaman di pekarangannya dengan santai :D.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline