Lihat ke Halaman Asli

Suka Ngeblog

TERVERIFIKASI

Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

JK Rowling Bikin Novel, Pakai Nama Pena, dan Gak Laku

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)

[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] KESUKSESAN bisa menjadi beban. Itu yang (mungkin) dihadapi seorang JK Rowling. Sukses besar melalui serial penyihir Harry Potter, Rowling mencoba terus berkiprah dan mencoba genre yang lebih baru.

Novel perdana yang ditulisnya pasca Harry Potter, The Casual Vacancy, memang lumayan laris. Namun jika dibandingkan dengan serial Harry Potter, masih sangat jauh. Saya sendiri belum membaca The Casual Vacancy.  Dan sejauh ini tidak berminat karena (menurut saya) covernya jelek dan juga judulnya tak membangkitkan rasa penasaran.

Selepas The Casual Vacancy, Rowling membuat novel baru. Kali ini, entah karena alasan apa, dia memutuskan menggunakan nama pena. Dipilihlah nama laki-laki, Robert Galbraith. Novelnya diberi judul The Cuckoo's Calling. Novel dalam kemasan hardcover itu juga dijual di Amazon.com

Bagaimana hasilnya? Di Amazon novel itu hanya terjual 300 copy. Untuk penulis awam, 300 eks itu sudah lumayan. Saya sendiri yang sudah punya lebih dari seratus judul ebook di Kindle, hanya dua atau tiga judul yang setiap bulannya terjual lebih dari 100 copy. Jadi 300 copy sebenarnya tidak buruk. Namun, untuk penulis sekaliber JK Rowling, hanya terjual 300 copy itu bencana.

Penerbit The Cuckoo's Calling lalu melakukan langkah tak terduga. Secara terbuka mereka mengumumkan ke khalayak ramai bahwa novel itu sebenarnya ditulis oleh pengarang Harry Potter yang menggunakan nama pena. Pengumuman itu berdampak besar. Penggila Harry Potter dan pihak-pihak yang suka membaca langsung memburu The Cuckoo's Calling. Dalam beberapa hari The Cuckoo's Calling langsung bertengger sebagai buku terlaris di Kindle Amazon.

Novel itu mendapat lebih dari seribu review. Rata-rata memberi ulasan positif, yang mengatakan The Cuckoo's Calling sangat bagus, kisahnya menarik serta sangat menghibur. Bahkan banyak yang meminta agar Rowling membuat sekuelnya.

Namun The Cuckoo's Calling tak hanya mendapat review positif. Cukup banyak juga yang memberi review negatif. Rata-rata yang memberi review negatif (dan memberi bintang satu sampai tiga) menyatakan kisahnya jelek, membosankan, datar dan sama sekali berbeda jika dibandingkan dengan serial Harry Potter. Beberapa pengulas bahkan mengatakan menyesal telah membeli buku itu.

Saya sendiri belum membaca The Cuckoo's Calling sehingga tak bisa memberi penilaian. Namun jika dilihat sepintas, saya tidak tertarik. Cover bukunya biasa-biasa saja. Bahkan rasa-rasanya, beberapa cover buku yang saya buat sendiri masih lebih bagus, hehehe. Judul bukunya juga tidak menarik. The Cuckoo's Calling? Apaan tuh?

[caption id="attachment_272542" align="aligncenter" width="323" caption="The Cucko"]

1376610679697082224

[/caption] Dampak nama besar

The Cuckoo's Calling merupakan kasus menarik seputar dampak sebuah nama. Ketika novel itu beredar dengan nama Robert Galbraith, tak banyak yang tertarik. Namun begitu diumumkan bahwa di balik nama pena itu ada sosok JK Rowling, novelnya langsung laris manis. Artinya, nama bisa memberi dampak yang signifikan. Nama besar seseorang, bisa menjadi magnet bagi pembaca. Apalagi jika pembaca menilai kalau si pengarang punya 'track record' yang bagus.

Kalau kemudian banyak pembeli dan pembaca yang kecewa dengan kualitas novel The Cuckoo's Calling, itu bisa dipahami. Terutama jika mereka membandingkan dengan serial Harry Potter yang memang tiada duanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline