[caption id="attachment_219579" align="aligncenter" width="460" caption="Timnas Garuda (foto: blogger.com)"][/caption]
BAGAIMANA korelasi antara ranking FIFA dengan hasil Piala AFF? Di Grup B, apa yang terjadi merupakan cerminan dari ranking. Malaysia dan Singapura masing-masing memiliki poin yang sama (127) dan ranking yang sama (163). Di bawah mereka ada Indonesia (poin 124 ranking 165) dan Laos (poin 87 dan ranking 177). Dan seperti kita tahu, Malaysia dan Singapura yang akhirnya lolos ke semi final. Indonesia dan Laos, dua negara berperingkat terendah di antara semua peserta Piala AFF, tersisih.
Di Grup A, kejutan terjadi ketika Vietnam, negara berperingkat tertinggi di antara semua peserta (peringkat 138 dengan poin 217) tersisih. Vietnam menemani Myanmar, yang rankingnya paling rendah di antara peserta grup A (ranking 156 poin 149). Filipina akhirnya menemani tim kuat Thailand ke semi final.
Karena hanya mengantongi satu kemenangan, satu seri dan satu kali kalah, Indonesia tidak mendapatkan banyak poin untuk mendongkrak ranking. Berdasarkan estimasi di situs FIFA, poin yang bakal didapat Indonesia ada pada kisaran 143. Namun itu sudah lumayan dibanding poin yang sekarang yang hanya 124.
Yang mengundang tanda tanya adalah tidak tercantumnya pertandingan persahabatan antara Indonesia melawan Timor Leste dan Indonesia melawan Kamerun di situs FIFA. Artinya, dua laga itu tidak diakui FIFA. Padahal, menang melawan Timor Lesta dan hasil imbang melawan tim kuat Kamerun yang menempati ranking 62 pasti akan mendongkrak poin.
Mudah-mudahan tidak tercantumnya laga melawan Timor Leste dan Kamerun di situs FIFA itu hanya kesalahan teknis, hehehe. Tapi jika benar dua laga itu tidak diakui FIFA, ini tentu menjadi pelajaran penting bagi PSSI.
Kenapa Membayar?
Usai laga persahabatan melawan Kamerun sempat terkuak bahwa Indonesia membayar 'uang kontrak' sebesar 50 ribu USD (sekitar 480 juta) kepada Kamerun. Gara-gara uang belum dibayar laga ini sempat tertunda karena pemain Kamerun enggan turun ke lapangan sebelum dananya cair.
Fakta ini tak urung menimbulkan pertanyaan. Apakah memang merupakan hal yang lazim jika dua negara melakukan uji coba dan salah satu negara memberi 'biaya tanding' kepada lawannya?
Yang saya tahu, pemberian uang kontrak merupakan hal yang umum jika yang menjadi lawan adalah klub. Namun pembayaran itu biasanya tidak dilakukan federasi sepakbola, melainkan pihak ketiga yang menjadi promotor.
Namun untuk timnas? Kenapa Indonesia harus membayar kepada Kamerun? Jika Kamerun dibayar, apakah hal yang sama juga berlaku pada Timor Leste?