Lihat ke Halaman Asli

Bintang Jatuh dan Surat Wasiat

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1336885648150679753

[caption id="attachment_176846" align="aligncenter" width="583" caption="Game Bintang Jatuh dan Surat Wasiat. Sumber Foto : Koleksi Pribadi [artridwan.com"]"][/caption] Pada hari dan jam yang sudah ditentukan saya mengajak murid-murid ke halaman rumput di depan kelas sambil membawa tumpukan bintang-bintang  yang sudah ditempeli kertas origami warna-warni, ada merah, kuning, hijau, biru, dan hitam. Lalu saya selipkan sebuah gambar bintang yang spesial, yaitu bintang emas. Sebelumnya berkali-kali saya tunjukkan gambar bintang emas tersebut kepada semua murid. “Teman-teman, sesuai janji Yanda, kita akan bermain Bintang jatuh dan Surat wasiat, “Bintangnya banyak dan berwarna- warni, hati-hati ada bintang bomnya lho , dan hanya ada satu  yang special yaitu  bintang emas, beberapa kali saya perlihatkan lalu saya selipkan diantara tumpukan bintang.Tema kita kali ini adalah berbagi , peraturan pointnya nanti ada di surat wasiat  yang akan yanda bacakan terakhir, pemenangnya adalah yang pointnya paling banyak. begitu pengantar saya “Siaaaappp??????? “ tanya saya. “SIIIIAAAAAPPPPP!!!!!!..... teriak teman-teman. Satu... Dua... Tigaaaa!!! Teriak saya sambil melemparkan bintang-bintang ke atas. Setelah memberi aba-aba saya lemparkan tumpukan gambar bintang-bintang itu ke udara. “Dengan waktu yang singkat teman-teman harus ambil sebanyak-banyaknya gambar  bintang tersebut. Jangan sampai tercecer dan semuanya wajib diambil, “ Cepat..cepat.” kata saya. Mereka semua berebut untuk memungut bintang sebanyak-banyaknya. Tebakan saya Pasti yang mereka buru adalah bintang emas dan menghindari dapat bintang hitam. Ada yang terjatuh, ada yang dapat banyak karena gesit juga ada yang hanya dapat  sedikit, sebab kalah gesit dengan temannya. Setelah mereka berlomba-lomba  mendapatkan gambar bintang tersebut, saya minta merka berkumpul dengan kelompoknya. Ada 3 kelompok besar; yaitu kelompok X, Kelompok Y dan kelompok Z,  Saya minta mereka menghitung jumlah bintang yang berhasil didapat, dilihat warna kertas origami yang menempel di bintangnya.  Ada yang mendapatkan bintang emas berlari kegirangan mengitari teman-temannya, ada yang mendapatkan bintang hitam dan merasa sedih karena pikirnya bintang hitam adalah bom,  dan ketika saya tanya siapa yang mendapat bintang emas. Aji  langsung angkat tangan dengan wajah gembira. Semua tepuk tangan atas keberhasilan Aji. “Sekarang teman-teman mempunyai  waktu 3 menit untuk saling berbagi bintang-bintang itu. Silahkan berbagi atau menukarkan bintangnya, terserah, yanda beri waktu 3 menit" Setiap kelompok melihat satu sama lain, ada yang memberikan bintangnya pada kelompok yang lebih sedikit mendapat bintang ada yang menukarkan bintang hitam karena takut itu adalah bom, ada juga yang keukeuh mempertahankan bintang emasnya dan merasa sudah pasti akan memenangkan permaianan. “Sudah? Sudah belum?” Tanya saya mengingatkan teman-teman, saya lihat Siti habsoh memberikan bintang hitam pada temannya, “ Aku tidak suka warna hitam.” Kata Siti Habsoh Teman-teman lainnya membujuk agar Aji  menukarkan bintang  emasnya tapi tetap dipertahankan. Setelah acara minta dan bagi selesai. Saya minta mereka menghitung perolehan bintang dan warnanya masing-masing kelompok, saya catat di “whiteboard” dan tibalah saya membuka surat wasiat yang sedari tadi saya pegang dan saya beritahukan pada teman-teman peraturan pointnya ada di sana. Surat Wasiat dibuka Nilai bintang berwarna merah = 5, kuning = 10 hijau = 20,  biru =  25, hitam = 100. Mereka  bersorak saat menghitung. Ada yang gembira ada yang sedih, sebab melepaskan bintang hitam. Ternyata warna hitam mempunyai nilai tinggi. Lalu saya lanjutkan dengan pertanyaan " Kelompok Siapa yang mendapat bintang terbanyak?” Saya menanyakan bagaimana bisa sampai mendapatkan banyak?  Mereka menjawab karena gesit dan dengan meminta sebanyak-banyaknya dari teman-temannya. “Kelompok Siapa yang mendapat bintang paling sedikit?” Kelompok akhwat  angkat tangan. Lalu saya berikan nilai. “Yang memegang bintang terbanyak, nilainya dikurangi  100 point, sedangkan yang memegang bintang paling sedikit, nilainya ditambahkan  100 point.” Sekali lagi mereka berteriak, sama sekali tidak menyangka akan nilai-nilai yang saya sebutkan. “Siapa yang memegang bintang emas?” tanya saya. Dengan wajah gembira Aji  langsung angka tangan dan masih berlari-lari mengelilingi temannya ekspresi kemenangannya. “Yang memegang bintang emas, nilainya dikurangi 200.” Hahaha... semuanya jadi rame,  Ada yang bertepuk tangan. Ada yang tertawa. Juga ada yang sedih, yang paling sedih adalah Aji, pemegang Bintang Emas, Siti Habsoh juga terlihat menyesal sudah memberikan Bintang hitamnya,  Akhirnya tercatatlah kelompok siapa yang mendapatkan nilai tertinggi dan terendah. Refleksi Setelah bermain bintang jatuh dan menghitung seluruh point, kami membentuk lingkaran kembali, kali ini lebih kecil dan teman-teman lebih mendekat, Lalu saya mulai memberi ‘teaching point’ kepada semua siswa. Mereka dengan semangat mendengarkan. Saya memulai refleksi dengan pertanyaan, siapa yang menang? Bagaimana rasanya? Lalu saya berbicara kepada teman-teman “Coba bayangkan, jika sebelumnya yanda beritahu point setiap warna bintang, dan isi surat wasiat, Apa yang terjadi? Pasti teman-teman  tidak akan berebut mendapatkannya dan tidak akan pernah mengambil bintang emas, Betul kan ? Tapi karena teman-teman melihat dan membayangkan penampilan luarnya saja teman-teman pasti akan mencari dan memburu bintang emas dan sebisanya tidak mengambil bintang hitam karena takut itu adalah bintang ‘bom”. Terus kalau teman-teman tahu jika lebih banyak memberi itu nilainya tinggi, pasti teman-teman akan berikan semua bintang tersebut. Tadi yanda lihat ada yang memegang bintang emas (Aji) kegirangan dan sempat berlari memutari teman-temannya, juga Siti Habsoh yang menukarkan dan memberikan  bintang Hitamnya karena tidak tahu justru bintang hitam paling besar nilainya, Siti habsoh takut kalau bintang hitam itu “bom” dan nilainya berkurang. Betulkan ? saya lihat teman-teman seyum-seyum seolah-olah saya bisa menebak apa yang dirasakannya. Nah kemudian kenapa yang berbagi dan nilainya jadi sedikit terus yanda tambahkan 100 point dan yang point bintangnya banyak yanda kurangi 100 point ? dari awal yanda ingatkan tema nya berbagi, ini seperti sedekah yang akan mendapatkan pahala berlipat, dan yang tidak berbagi justru akan rugi, dan bintang yang jadi bomnya adalah bintang emas bukan bintang hitam seperti yang dibayangkan teman-teman, jangan tertipu sama penampilan ya ok ? “Okeeee!!!!” kata anak-anak. Nah teman-teman sekarang yanda ingin teman-teman semuanya menjadi bintang, tulis dan sebutkan denga mantap nama dan bintang masing-masing. Lalu semua siswa menuliskan kemudian menyebutkan dengan yakin bintangnya masing-masing; Bintangku Shafa bintangku rajin Baby bintangku pemberani Siti bintangku imut dan ceria Najwa bintangku cerdas Syifa bintangku pemberani, penolong, penyayang Tian bintangku penolong Rausyan bintangku aku kreatif Santri bintangku kreatif Rizwan bintangku pemberani Fathan bintangku penolong dan pemberani Algif bintangku pemberani Zilan bintangku pemberani  bintangku pahlawan Darrel bintangku aku suka berbagi Nasywaan bintangku pemberani Ikhsan bintangku pemberani dan hebat Aji bintangku pemberani Azmi bintangku suka berbagi Ariq bintangku sebelum puasa suka zakat, suka ngaji sesudah sholat maghrib Radhin bintangku lucu, hebat, ceria, penolong Setelah semua siswa menuliskan dan  menyebutkan bintang dalam dirinya,  Alhamdulillah Game Bintang jatuh dan Surat wasiat ini selesai, Saya dan teman-teman juga lega, tetap senang dan bisa mengambil pelajaran dari permainan itu.” Saya menutup kegiatan itu dengan berkumpul menyalami pemenang dan semua teman-teman sambil menyampaikan bahwa yang  namanya permainan itu  ada yang menang dan ada yang kalah, yang menang tidak boleh sombong dan yang kalah juga tidak boleh marah atau nangis. Kemudian kami berfoto bersama sambil mengucapkan “Buncissss”  hehehe... Sukabumi, 2012 Di balik Bintang dan Surat wasiat Beberapa hari sebelumnya teman-teman saya ajak untuk membuat bintang dari karton bekas, “teman-teman  kita akan bermain game Bintang jatuh dan surat wasiat, sebelumnya yuk kita bikin bintang,” Setiap orang bikin bintang sebagus mungkin dan sebanyak-banyaknya, setelah menggunting dan membuat pola bintang serta bulan teman-teman bebas mewarnainya sesuai warna kesukaannya, nanti yanda tempelin kertas warna warni di bintangnya. Saya menyebutnya pembelajaran berbasis kegiatan, sejak awal semua dilibatkan, membuat bintang, mewarnai dan membuat kelompok bermain dan belajarnya, ide surat wasiat adalah ingin menyampaikan bahwa peraturan harus kita ikuti, saya hanya mendampingi, seolah-olah mereka mengikuti hukum yang berlaku walaupun surat wasiatnya saya buat sendiri, dan dengan surat wasiat saya bisa membuat kejutan tanpa mereka merasa terpaksa mengikutinya, yang mereka rasakan adalah rasa penasaran dan kejutan apa yang akan mereka dapatkan. Yanda = Panggilan untuk Pak Guru, Bunda untuk Ibu Guru ( Terinspirasi dari Game Apel Emas-nya  Pak Munif Chatib, Pakar Multiple Intelligence )

Awan T. Ridwan

Fasilitator Fathia Islamic School Sukabumi

[caption id="attachment_176844" align="aligncenter" width="583" caption="Game Bintang Jatuh dan Surat Wasiat. Sumber Foto : Koleksi Pribadi [artridwan.com"]"]

13368837201850383945

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline