PENGGUNAAN QR CODE PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DI SMA MA'ARIF NU KARANGANYAR PURBALINGGA
Partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Pancasila mengalami penurunan melalui setiap evaluasi yang telah di lakukan di kelas. Berawal dari tingkat pemahaman masing-masing peserta didik yang relatif rendah sehingga menghasilkan nilai yang tidak memenuhi kriteria. Penggunaan metode yang tidak tepat dalam pembelajaran juga sangat berperan kepada hasil nilai peserta didik. Guru terjebak situasi untuk melakukan pembelajaran yang secara terus menerus dilakukan tanpa menyadari padahal berdampak buruk pada pembelajaran yaitu pembelajaran yang tidak bervariasi dan tidak menyenangkan bagi peserta didik.
Di sini peran guru dapat dimulai dengan suatu hal baru dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang tepat. Bisa membangkitkan semangat untuk aktif tiap peserta didik dalam berpartisipasi terhadap setiap kegiatan yang berlangsung pada pelajaran Pendidikan Pancasila, sehingga menyenangkan merupakan tujuan dan harapan dari sebuah pembelajaran.
Data yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung pada pelajaran Pendidikan Pancasila peserta didik memperoleh nilai yang tidak memenuhi kriteria karena tiap peserta didik tidak paham akan isi materi yang dievaluasikan. Sehingga pada setiap evaluasi peserta didik dapat dipastikan akan selalu mendapatkan hasil tidak sesuai dengan kriteria yang di harapkan.
Perancangan modul ajar dengan metode yang kurang tepat oleh guru juga berpengaruh pada tingkat keberhasilan yang ingin dicapai. Penyesuaian karakter peserta didik yang tidak diperhatikan oleh guru dalam membuat modul ajar juga akan dapat menemui kendala dalam proses pelaksanaan. Guru tidak mengambil peran yang penting yaitu sebagai penjaga dalam proses yang efektif serta terarah dalam sebuah proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran yang masih menggunakan cara berpikir yang selalu menggunakan cara berpikir tingkat pemahaman rendah atau Low Order Thinking Skills (LOTS) akan membiasakan siswa tidak dapat berpikir kritis atau tingkat pemahaman tinggi. Tidak memiliki tantangan dalam menghadapi soal karena sudah terbiasa. Teknologi inovasi belum dilaksanakan secara maksimal oleh peserta karena tidak ada arahan dari guru sebagai fasilitator.
Kebutuhan kurikulum merdeka yang menuntut peserta didik untuk dapat menjawab tantangan pada abad 21, sehingga perlu perumusan strategi guna mengatasi potensi kemampuan peserta didik secara optimal dengan metode Higher Order Thinking Skills pada setiap proses pembelajaran kelas X pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila materi Bhinneka Tunggal Ika sub materi Merawat Kearifan Lokal dan Kebhinnekaan. Peran serta guru dan peserta didik pada proses pembelajaran sangat dibutuhkan keaktifan dalam setiap proses pembelajaran sehingga mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan pemilihan topik tersebut, maka alternatif solusi yang diambil adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Problem Based Learning atau lebih dikenal dengan singkatan PBL dikalangan guru pelajaran. Pembelajaran PBL memuat model penerapan tahapan atau pemakaian istilah sintaks, dalam pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Diharapkan peserta didik secara aktif berpartisipasi akan mengikutinya secara terarah dengan model PBL.
Dengan TPACK dimasukan ke dalam unsur pembuatan modul ajar, sehingga dapat memuat persoalan berbasis soal HOTS untuk bisa dijawab oleh peserta didik. Melalui pemanfaatan penggunaan multi media yang interaktif terkait dengan materi sebagai pendukung perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila agar tercipta suasana bagi peserta didik yang lebih menarik. Penggunaan sumber daya berbasis IT yang berasal dari berbagai aplikasi seperti youtube dan canva dalam pembuatan LKPD, membuat bahan ajar dan media pembelajaran yang relevan dan interaktif. Dengan dibiasakan menggunakan soal pemantik berbasis HOTS di awal pembelajaran dapat menstimulus peserta didik pada rasa keingintahuan materi yang akan disampaikan selanjutnya. Pada proses berikutnya peserta didik akan selalu mengikuti tahap-tahap dalam pembelajaran selanjutnya karena stimulus yang diperolehnya.
Pengimplementasian pembelajaran sesuai dengan sintaks PBL setelah modul ajar siap, dengan melalui beberapa kali pertemuan sintaks tersebut digunakan dengan diskripsi seperti pada awal peserta didik mengorientasikan atau mengenali masalah yang disajikan melalui pertanyaan pemantik. Membahas materi melalui bahan bacaan yang sudah disediakan guna mendampingi persoalan yang akan dipecahkan melalui penyampaian materi dengan dibantu dengan menggunakan audio visual terkait teknologi berbasis aplikasi dari Canva yaitu pembacaan QR Code yang sudah tersemat link video yang terhubung dengan materi yang ada pada media PPT yang ditampilkan pada layar proyektor. Oleh peserta didik melalui aplikasi HP yang dimiliki, QR Code di scan munculah yang video yang terhubung dengan materi sehingga akan menambah rasa ingin tahu dan aktif pada setiap sintaks diikuti oleh peserta didik dengan antusias.
Setelah dilakukan pada beberapa aksi dengan menggunakan langkah-langkah tersebut berdampak :