Berubah Haluan "Core Bisnis"
Sejak awal berdiri, Djakarta Lloyd menekuni bisnis pengangkutan kargo umum. Namun seiring dengan perkembangan dunia pelayaran, Djakarta Lloyd mengubah cara pengiriman barangnya dengan menggunakan kontainer. Kebijakan ini dilakoninya hampir tiga dekade.
Konsekuensi perubahan dari pengangkut kargo umum menjadi kontainer, berdampak sangat signifikan. Karena pengiriman barang menggunakan kontainer mengharuskan sebuah perusahan salah satunya harus menerapkan penggunaan Teknologi Informasi (TI).
Penerapan TI dimaksudkan untuk mempermudah pemesanan, monitoring kontainer agar ketersediaan kontainer di depo, dan di kapal baik itu saat berada di pelabuhan awal atau di pelabuhan tujuan. Sehingga perjalanan kontainer bisa dipantau dari komputer di kantor atau melalui ponsel.
Namun, yang terjadi di Djakarta Lloyd tidak demikian. Saat itu teknologi informasi belum berkembang sepesat saat ini. Sehingga manajemen sebelumnya saat itu belum melakukan pembenahan TI. Akibatnya fatal. Djakarta Lloyd tidak mampu bersaing dengan perusahaan pelayaran lainnya, terlebih dengan pelayaran asing untuk rute antar negara. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab terpuruknya Djakarta Lloyd.
Perjalanan sejarah tersebut, dijadikan pengalaman berharga oleh manajemen baru dibawah pimpinan Syahril Japarin. Oleh karenanya, kemudian manajemen baru dalam rapat direksi memutuskan untuk mengambil sikap dengan mengubah haluan bisnis perusahaan dari angkutan kontainer ke bisnis angkutan curah atau bulk.
Keputusan ini diambil, dengan pertimbangan bahwa pengangkutan menggunakan kontainer jika dilakukan secara manual tidak menguntungkan. Karena sulit untuk mengontrol muatan dan pendapatan perusahaan. Selain itu, jika mempertahankan sistem manual, Djakarta Lloyd di bawah manajemen baru masih akan memberikan kesempatan pada oknum-oknum di dalam perusahaan untuk berbuat yang menguntungkan dirinya sendiri, bukan untuk perusahaan.
Sementara itu, banyaknya komoditi seperti batu bara, nikel, semen curah, pupuk curah, gas dan BBM milik BUMN lain juga menjadi pertimbangan, mengapa bisnis utamanya dialihkan ke angkutan curah.
Beberapa orang dalam Djakarta Lloyd menganggap perubahan kebijakan ini, aneh. Namun, direksi tetap optimistis keputusan mereka tepat dan memiliki masa depan yang lebih cerah. Potensinya sangat tinggi, dan proses bisnisnya lebih simpel.
Dengan perubahan core bisnis ini, Djakarta Lloyd mulai berani mengikuti lelang yang diadakan BUMN, sebagai owner muatan berbasis curah. Kalau pengangkutan produk BUMN bisa dikerjakan Djakarta Lloyd, hasilnya akan luar biasa bagi pendapatan perusahaan. Ini merupakan peluang yang bisa diseriusi.