Gaol, Taufik dan Roni tak kuasa menahan air mata bahagia ketika pemerintah melalui Kementerian Perhubungan mengimplementasikan janji kampanye presiden, Kemenhub dan PELNI mewujudkan program Tol Laut. Tak terasa air mata kedua laki-laki yang biasanya lantang itu meleleh, membasahi pipi. Lalu keduanya saling pandang. "Jangan nangis," kata Gaol yang juga memerah matanya sambil memandangi wajah Roni.
Gaol, Taufik, Roni, Muhisi dkk menjadi pelaku sejarah di PELNI ketika bergabung dalam tim survei bersama Kemenhub dalam program Tol Laut. Selain menyiapkan armada, PELNI dan Kemenhub juga menyambangi pelabuhan-pelabuhan kacil. Tual, Dobo, Saumlaki, hingga Wanci yang sulit diakses dari udara kala itu disinggahi tim survei untuk meyakinkan pelabuhanya bisa disinggahi kapal tol laut. Karena pelabuhan daerah tertinggal, terpencil, terdepan dan perbatasan (T3P) hasil survei harus dipadukan dengan ketersediaan kapal.
Tangis, lelehan air mata Gaol dan Roni di sudut terminal penumpang Tanjung Priok, Jakarta disentak. Dulu tak pernah terbayangkan kalau kapal Caraka bisa menjadi armada tol laut, karenanya sesenggukanya menjadi pertanda mereka bahagia. "Ron kapal kita bisa jalan lagi, bisa beroperasi lagi. Mudah-mudahan apat duit lagi," lanjut pria berlogat Sumatera Utara ini.
"Iya...angkutan barang kita bakal tumbuh lagi," jawab Roni lirih.
"Kita telah memperbaiki tiga kapal barang dengan dua di antaranya dirombak untuk angkutan kontainer. Kapal barang yang telah dimiliki PELNI terdiri KM. Caraka Jaya Niaga (CJN) III-4, CJN III-22, dan CJN III-32. Hanya CJN III-4 yang diputuskan tidak untuk dirombak menjadi kapal kontainer karena disesuaikan dengan fasilitas pelabuhan pada daerah tujuan yang masih minim alat bongkar muat kontainer. Sementara dua kapal CJN lainnya, dirombak menjadi kapal kontainer dengan kapasitas 115 teus," terang Roni.
Pada tahap awal, diluncurkan dua kapal tol laut trayek T-3 dari Tanjung Perak-Lrantuka-Lewoleba-Rote-Sabu-Waingapu PP dan Trayek T-4 dengan rute Tanjung Priok-Manokwari-Wasior-Nabire-Wasior-Serui-Biak. "Kita mengucap syukur Alhamdulillah, PELNI akan berjaya lagi. Ayo semangat Ron...kita kerjakan penugasan tol laut ini dengan baik," ajak pria kalem ini.
PELNI tidak dapat langsung menjalankan enam rute sebagaimana ditugaskan pemerintah. PELNI membutuhkan persiapan untuk mengimplementasikan seluruh ide segar yang disampaikan Presiden. Meski demikian, PELNI terus berupaya memenuhi semua kebutuhan armada agar enam rute kapal tol laut dapat dilayani.
Pemerintah terus bergerak, sehingga pada 28 Maret 2016, PELNI mengoperasikan KM Nusantara Pelangi 101 untuk menjalani rute penugasan trayek T2 dengan rute Tanjung Perak-Kalabahi-Moa-Saumlaki-Dobo-Merauke PP (3.874 mile).
Kapal berkapasitas 350 Teus tersebut, berlayar secara rutin dengan jadwal yang ditetapkan pemerintah untuk mengangkut barang-barang pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan aneka kebutuhan sehari-hari lainnya. Tapi tidak hanya itu, kapal juga mengangkut barang penting kebutuhan masyarakat seperti semen, besi, keramik, dan aneka barang kebutuhan pembangunan di daerah tertinggal, terisolasi, terdepan dan daerah perbatasan (T3P).
Menyusul kemudian dioperasikan KM Nusantara Pelangi, pada Selasa 10 Mei 2016 PELNI mengoperasikan KM Freedom untuk menggantikan layanan KM Caraka Jaya Niaga III-32 pada Trayek T1 dengan tujuan Tanjung Perak-Wanci (Wakatobi)-Namlea-Fakfak PP (3426 mile). Selanjutnya, KM Caraka Jaya Niaga III-32 diarahkan untuk melayani trayek T5 dengan tujuan Makasar-Tahuna-Lirung-Morotai-Tobelo-Ternate-Babang-Ternate PP (2.608 mile). Penggantian armada pada trayek T5 untuk menyesuaikan kapasitas kapal dan permintaan barang di daerah tujuan.
Sementara itu KM Freedom akan berlayar mengikuti jadwal pada rute T1. Di sisi lain, pengoperasian KM Meratus Ultima dioperasikan untuk trayek T4 yang semula mulai diberangkatkan dari Tanjung Priok, trayeknya diubah menjadi Makasar-Manokwari-Wasior-Nabire-Serui-Biak PP (4.644 mile).