Ketika mampir ke toko modern di Kota Balikpapan Okober silam, penulis kesulitan membawa minuman dan makanan dalam kemasan yang sudah dibeli. Dengan tas keranjang akhirnya minuman dan makanan dalam kemasan itu saya jinjing dan dimasukkan ke bagasi mobil. Setelahnya tas keranjang saya kembalikan.
Ketika mengembalikan tas, kasir bilang, "Pak maaf kami tidak menyediakan tas keresek. Kebijakan tanpa tas keresek sudah lama diterapkan di Balikpapan," kata wanita muda penjaga toko penuh peduli lingkungan.
Atas perlakuan pelayan toko yang ramah dan kebijakan Wali Kota Balikpapan menerapkan kebijkan pelayanan tanpa kantong plastik mengusik hati penulis. "Balikpapan lebih maju dari Jakarta," batin saya.
Meskipun belum sempat ditulis di Kompasiana, niat menulis Jakarta tanpa kantong keresek sering muncul di pikiran penulis. Pas kebetulan Selasa pagi baca media, Jakarta akan menerapkan kebijakan tanpa kantong keresek dengan denda Rp5 hingga Rp25 juta. Sungguh melegakan saya sebagai pejuang plastik keresek.
Penerapan kebijakan tanpa plastik yang akan diterapkan di DKI Jakarta mulai Januari 2019, sungguh perbuatan mulia seorang pemimpin. Kinerja dan kabijakan Gubernur DKI Anies Baswedan tentang larangan penggunaan kantong plastik patut diacungi jempol. "Anies diam tapi kerjanya oke," kataku dalam hati.
Setahu saya Jakarta menjadi kota kedua yang menerapkan kebijakan belanja tanpa kantong plastik. Sebagai warga ibu kota kita harus bangga, menjadi pelopor Jakarta tanpa plastik. Jadikan kita mulia tanpa kantong plastik yang akan mengotori dunia.
Plastik sunggung sangat praktis sebagai wadah atau tempat berbagai barang satuan untuk di bawa ke mana saja. Sayangnya seluruh pedagang pasar, toko modern, warung nasi, dan warung kelontong semua mengggunakan plastik keresek berbagai ukuran dalam melayani pelanggan.
Bukan karena praktisnya plastik yang kami musuhi, bukan pula kurang praktisnya plastik sebagai alat kemasan, namun sampah plastik yang dipakai hanya sekali mendorong orang membiasakan diri membuang sampah sembarangan.
Bahkan meskipun sampah plastik dibuang di tempat sampah pun, plastik menjadi benda yang sulit diurai oleh bakteri. Bila dibakar sampah plastik akan menimbulkan polusi, dibiarkan tidak membusuk, sehingga membikin dunia penuh sampah plastik.
Saat ini banyak industri menggunakan plastik sebagai sarana mengemas produk. Air mineral, pakai plastik. Tempat makan, pakai plastik. Semua pakai plastik. Seolah tidak ada benda atau bahan lain sebagai pengganti plastik.
Sebelum ada plastik orang menggunakan daun pisang, daun jati untuk membungkus nasi. Orang menggunakan kendi terbuat dari tanah untuk menampung air minum. Sekarang industri mengambil praktisnya menggunakan botol plastik berbagai kemasan untuk mempermudah distribusi produk.