Pemerintah Hindia Belanda telah membangun loopline atau jalur lingkar Jakarta dari Manggarai-Jatinegara-Pondokjati-Kramat-Senen-Kemayoran-Kampungbandan-Angke-Duri-Tanahabang-Karet-Sudirman-Manggarai dan kembali ke Jatinegara. Kereta lingkar Jakarta saat itu dibangun sebagai sarana transportasi di dalam kota.
Dalam jalur lingkar Jakarta dibangun stasiun-stasiun transit yang hingga saat ini difungsikan PT. KAI perpindahan penumpang kereta api (KA) dari Merak-Jakarta di Tanahabang. Bogor-Jakarta di Manggarai. Kereta dari seluruh Jawa di Jatinegara. Dan lintas Duri-Tangerang di Duri serta Kemayoran-Tanjung Priok.
Rancangan Belanda menghubungkan berbagai titik dengan stasiun tarnsit menandakan Belanda berencana membangun transportasi KA sebagai basis mobilitas warga di ibu kota. Maklum, saat itu kendaraan jalan raya tidak dikembangkan Pemerintah Hindia Belanda. Mungkin kalau Belanda masih bertahan di Indonesia Jakarta akan didesain dengan transportasi berbasis rel.
Transportasi berbasis rel di negara-negara maju seperti Jepang, Belgia, Belanda dan Perancis, empat negara yang pernah penulis kunjungi, transportasi KA menjadi andalan bagi seluruh warga melakukan mobilitas sehari-hari. Dengan transportasi berbasis rel, negara-negara ini tidak terjadi kemacetan. Ke mana pun pergi, warga naik KA, kendaraan sungai dan bus yang sangat nyaman dan menjadi pilihan warga. Di negara-negara tersebut kendaraan mobil pribadi tidak terlalu banyak.
Sejak orde baru, pembangunan di negara kita mulai melirik angkutan berbasis jalan raya dengan mobil-mobil Jepang mulai membanjiri seluruh pelosok negeri. Makin dibangun jalan dan jalan tol, makin macet karena warga memilih kendaraan pribadi sebagai sarana mobilitas utama. Setelah terjadi kemacetan luar biasa, pemerintah melirik kembali transportasi berbasis rel.
MRT dari Lebak Bulus ke Hotel Indonesia dalam setahun lagi akan selesai. Pembangunan LRT Cawang-Bekasi Timur dan LRT Dukuh Atas-Kelapa Gading serta LRT Cawang- Cibubur bakal rampung serentak dan dapat dipergunakan tahun depan. Transportasi berbasis rel diharapkan mengubah budaya dan memindahkan warga dari transportasi pribadi ke transportasi umum yang akan menawarkan keamanan, kenyamanan dan tarifnya terjangkau.
Jalur Kereta Api Layang atau Loopline yang sempat diwacanakan 7 tahun lalu kini siap dilaksanakan pada tahun 2020. Jalur Lingkar Layang akan dibangun dalam rangka mengatasi lonjakan penumpang commuter sebesar 2 juta orang per hari. Saat ini penumpang KA commuter telah melebihi 1,1 juta per hari.
Loopline akan berperan dalam mengatasi kemacetan dan mengurangi volume lalu lintas di jalan raya Jakarta, "Dengan akan dibangunnya loop line, maka penumpang kereta api dari Jabodetabek dalam tujuannya ke titik-titik sentra bisnis di ibukota tidak perlu lagi berganti transportasi lainnya tetapi cukup naik ke atas menggunakan kereta api Loopline," kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono.
Tender Investasi untuk pembangunan Jalur Lingkar Layang akan dilaksanakan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), "BPTJ akan menawarkan kepada badan usaha yang berminat dalam bentuk skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan pola Solicited," ungkap Bambang.
Jalur Lingkar layang meliputi Manggarai -- Pondok Jati -- Rajawali -- Kampung Bandan -- Tanah Abang- Manggarai. Pembangunan Loopline juga akan meningkatkan frekuensi pemberangkatan kereta karena waktu tunggu (headway) setiap pemberangkatan semakin pendek. Loopline juga dibangun dalam upaya meningkatkan jumlah penumpang.
Dalam hal ini, BPTJ sedang melaksanakan pelelangan umum dengan jasa konsultasi guna untuk mendukung percepatan pembangunan loopline dengan kegiatan yang disebut DED (Detailed Enginering Design), "Akan ada dua tahap DED, tahap I meliputi lintas Pondok Jati -- Rajawali -- Kampung Bandan sepanjang 11 Kilometer yang akan dilaksanakan oleh BPTJ tahun ini dan sudah melalui proses melalui pelelangan umum dengan jasa konsultasi. Dan tahap II akan dilaksanakan tahun depan dan meliputi jalur lintas Kampung Bandan -- Tanah Abang -- Manggarai sepanjang 18 Kilometer," kata Bambang.