Hampir semua orang ingin bersenang-senang, bergembira menikmati hidup fana di dunia. Salah satu pilihan untuk bersenang-senang adalah dengan wisata, mengunjungi objek-objek ternama, tercantik, termegah, dan terjangkau menyenangkan. Keliling Nusantara menjadi impian banyak orang namun kemauan, kemampuan dan kesempatan sering terlewatkan karena berbagai alasan.
Kesempatan keliling Indonesia bisa dibiayai diri sendiri, mendapat sponsor, atau dibiyai kantor ketika tugas ke luar daerah. Penulis sendiri sangat bersyukur dapat keliling Nusantara dari titik 0 Km di Sabang pada 2013 dan titik 0 Km di Merauke pada 3 Februari 2018 kemarin. Hampir 90 % dibiayai dari kantor, baik ketika tugas di KAI, terlebih setelah di Pelni yang luar biasa menugaskan ke berbagai daerah.
Bukan halangan untuk dapat keliling Nusantara dengan biaya murah. Ada beberapa cara, di antaranya naik pesawat dan sepeda, atau naik kapal dan sepeda. Naik pesawat kini menjadi pilihan dengan berkembangnya dunia penerbangan yang infrastrukturnya menjangkau seluruh pulau dari penerbangan komersial berbadan lebar hingga penerbangan perintis dengan pesawat kecil dengan kapasitas 12 orang.
Keliling Nusantara dengan pesawat dan sepeda perlu digalakkan. Daerah perbatasan yang terus dipermak Pemerintahan Jokowi-JK patut dikunjungi dan dijadikan obyek wisata perbatasan. Sembari menengok saudara-saudara kita di garis depan negara, daerah perbatasan, kita dapat menikmati keindahan alam, budaya, kuliner, kerajinan di daerah perbatasan yang memadukan dua kebiasaan yang sama atau berbeda di perbatasan negara. Bahkan dengan wisata perbatasan, kita dapat menginjakkan kaki di luar negeri meskipun sejengkal.
Untuk dapat keliling Nusantara dengan pesawat dan sepeda biayanya masih terjangkau karena tarif penerbangan tidak lagi mahal dan rutenya banyak pilihan. Untuk merancang keliling Nusantara dengan pesawat dan sepeda, wisatawan harus menyiapkan sepeda lipat agar dapat masuk, tidak menyulitkan dan mendapat pelayanan dari penerbangan pergi bersama penumpangnya. Sehingga begitu tiba di bandara wisatawan dapat langsung keliling Nusantara dengan sepeda berkeliling kota atau ke desa-desa untuk menikmati wisata atau kuliner.
Waktu penerbangan yang singkat dibandingkan transportasi laut dapat di-setting dalam perjalanan setiap minggu, dua minggu atau sebulan sekali. Mungkin bisa diawali dari daerah barat, utara, selatan atau timur Indonesia. Silahkan pilih, sekarang hampir semua objek wisata mudah dijangkau dengan pesawat udara.
Selain dengan pesawat udara yang rutenya makin variatif, keliling Nusantara juga dapat dilakukan dengan kapal laut. Meskipun ada pesawat udara, turis asing sering memilih kapal laut Pelni untuk keliling Nusantara. Mereka lebih suka bertemu dengan banyak orang di kapal Pelni yang memiliki trayek dari Sabang di paling barat hingga Merauke di paling timur. Miangas di paling utara hingga Pulau Rote, wilayah paling selatan Indonesia.
Keliling Nusantara dengan kapal Pelni memerlukan waktu lama. Untuk dari Tanjung Priok, Jakarta ke Papua membutuhkan waktu di kapal 7 hari. Ketika kapal sandar, wisatawan dapat keliling kota menuju objek wisata dilakukan dengan bersepeda. Kekuranganya, kapal tiba di pelabuhan tidak pandang waktu. Kadang kapal sandar di pelabuhan pada malam, dini hari, bahkan sering pula panas atau pas hujan. Meskipun demikian ada keunikan dan kepuasan tersendiri bila berkeliling Nusantara dengan kapal dan sepeda. Penulis pernah bersama Tim PT Pelni (Persero) keliling Nusantara dengan kapal dan sepeda dari Tanjung Priok-Surabaya-Makasar-Baubau-Ambon-Bandaneira, dan berakhir di Tual pada 2015 lalu.
Agar seluruh pulau yang disandari kapal Pelni dapat dijangkau, wisatawan harus berganti satu kapal ke kapal lainnya harus dilakukan. Hal ini agar pengalaman kita melayari laut menuju pulau-pulau besar, pulau kecil daerah pelososok di Nusantara dapat terjangkau. Kelebihan kapal laut dibanding pesawat, kapalnya besar, bisa muat hingga 2.000 orang. Selain itu di kapal juga mendapatkan jatah makan, tersedia masjid dan hiburan musik serta dapat berolahraga.
Bila berkeliling Nusantara dengan kapal dan sepeda dapat dilakukan beramai-ramai hingga ratusan orang. Kapal dapat menampung sepeda dan pelanggan cukup banyak. Barang bawaan juga mampu menampung dalam jumlah besar. Sepeda yang dipergunakan bebas, bisa sepeda lipat, sepeda ontel tradisional, hingga sepeda modern berharga mahal. Kapal dapat menampungnya dan tidak sulit. Tiketnya murah, terjangkau kantong tipis sekali pun.
Cara lainnya adalah dengan menggabungkan moda transportasi udara, laut dan sepeda. Pada rute-rute tertentu kita dapat naik pesawat. Turun keliling kota atau menuju objek wisata. Kemudian di pulau atau daerah lain berganti dengan kapal laut. Berwisata keliling Indoensia dengan moda pesawat dan kapal, sepeda yang digunakan harus sepeda lipat agar dapat masuk bagasi pesawat. Sedangkan untuk di kapal, sepeda dapat dibiarkan tidak dikemas.