Belum terealisasi Kereta Api (KA) Cepat Jakarta-Bandung, pemerintah melalui Kemenko Kemaritiman berencana akan membangun KA Cepat Jakarta-Bandung, diteruskan hingga ke Solo.
Pembanguan KA Cepat Jakarta-Bandung harus menembus lereng dan bukit priangan barat pada lintas Purwakarta-Padalarang. Kalau dilanjutkan Bandung-Solo KA Cepat juga harus menembus perbukitan priangan timur. Lereng dan pegunungan antara Cicalengka-Tasikmalaya yang membatasi kecepatan kendaraan kereta api dan kendaraan jalan raya, mungkin akan dipacu dengan KA Cepat.
Bagi Cina sebagai pemegang proyek senang-senang saja dengan penambahan rute Bandung-Solo. Tak peduli dan tak masalah mau menembus gunung atau lautan mereka sanggup membikin KA tembus laut dan tembus gunung. Yang penting ada dana, Cina bisa membuatnya.
Jawa dengan 46 % dari sekitar 254 juta jiwa komposisi jumlah penduduk sangat menggiurkan bagi investor untuk menawarkan berbagai infrastruktur transportasi. Dengan adanya KA Cepat di Jawa, yang meruapakan pulau terkecil diantara 5 pulau besar di Indonesia ini bakal lengkap infrastruktur transportasinya.
Meskipun pasar pengguna tidak tumbuh signifikan, kota-kota di Jawa diperebutkan oleh transportasi KA reguler, transportasi udara, transportasi darat Bus dan infrastruktur jalan tol sebagai pilihan bagi pengguna mobil pribadi. Banyakanya pilihan transportasi di Jawa menimbulkan Jawa semakin sumpek, sementara lahan pertanian dicaplok perumahan, pabrik dan paling menyita lahan adalah pembangunan jalan tol.
Jalan tol akan mendorong pertumbuhan kendaraan pribadi. Sekarang hampir semua kota di Jawa macet karena banyaknya kendaraan bermotor tumpah ruah ke jalan raya. Ketersediaan infrastruktur jalan tol di satu sisi memudahkan, mempercepat distribusi, namun bertambahnya kendaraan juga menimbulkan masalah pelik, subsidi BBM bengkak.
Dibangunya KA Jakarta-Bandung akan melengkapi transportasi Jalan tol, kereta api reguler, pesawat udara, bus, dan mobil pribadi. Banyaknya pilihan transportasi koridor Jakarta-Bandung ternyata tidak menyelesaikan masalah kecepatan pergerakan kendaraan. Dibangunya jalan tol Cipularang yang diharapkan mempersingkat waktu tempuh malah menyiksa pengendara dan penumpang karena kemacetan.
KA yang pada awal dioperasikanya jalan tol ditinggalkan kareena kalah cepat, kini dilirik kembali karena KA Argo Parahyangan bisa lebih cepat dibanding dengan kendaraan pribadi. KA sekarang penuh lagi, sementara kendaraan jalan raya tetap padat, dan meskipun macet, mereka tetap menggunakan kendaraan pribadi. Entah seperti apa wajah transportasi menuju kota Bandung bila KA Cepat Jakarta-Bandung sudah beroperasi.
Keinginan pemerintah membangun KA Cepat Bandung-Solo merupakan ide bagus namun tidak harus diwiujudkan. Biaya pembangunan yang tidak kecil dan berhutang ke luar negeri, akan lebih bermanfaat untuk membangun jalan di luar Pualau Jawa, khususnya Indonesia Timur.
Saat ini infrastruktur di Sulawesi, Kalimantan, Halamahera, Papua perlu perhatian pemerintah untuk percepatan pembangunanya. Alangkah bijak bila rencana pembangunan KA Cepat Bandung-Solo dialihkan ke Papua untuk membangun infrastruktur jalan.
Dengan dibangun infrastruktur di luar Jawa akan mendorong pembangunan industri serta mendorong warga tidak harus tinggal di Jawa. Jawa yang sudah padat jangan ditambah penduduknya.