Pemerintahan Presiden Jokowi-JK dengan nawa citanya terus berusaha membenahi wilayah perbatasan, baik perbatasan di darat yang masyarakatnya bersentuhan langsung dengan negara tetangga, maupun perbatasan laut dan pulau-pulau terluar yang juga sebagai batas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terus dibenahi.
Daerah perbatasan di daratan dalam satu pulau di Pulau Flores, perbatasan dengan Timor Leste. Kalimantan, Barat, Kalimantan Utara, berbatasan dengan Malaysia. Papua, berbatasan langsung dengan Papua Nuginie, semula dapur atau wajah belakang dipermak menjadi teras Negara. Pos-pos perbatasan dipoles cantik tampil ciamik. Infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi dan sarana pendidikan di perbatasan NKRI terus dibangun dengan desain modern dan menarik.
Pulau-pulau terluar berhadapan langsung dengan negara tetangga seperti Pulau Natuna, Pulau Miangas, Saumlaki, Tual, juga terus dibenahi. Pulau Mingas, Sulawesi Utara yang berbatasan langsung dengan Filipina kini mudah dijangkau dengan pesawat udara. Pulau berpenduduk kurang dari 1000 orang ini, sebelumnya merupakan wilayah terpencil, akses hanya dengan kapal laut PELNI yang kedatanganya 2 minggu sekali. Pulau berpenduduk pasukan TNI penjaga perbatasan dan beberapa warga ini, kini mudah diakses, mudah didatangi dari segala penjuru.
Pulau Natuna di Laut Cina selatan yang berbatasan laut dengan Filipna, Malaysia, Singapura, dan Negara Asia Tenggara lainnya, juga menjadi perhatian pemerintah. Pulau terluar yang rawan disengketakan terus diperkuat sebagai basis pertahanan negara. Bandara TNI yang semula hanya untuk pertahanan ditingkatkan untuk kepentingan ekonomi dan pertahanan. Kekuatan TNI juga dibangun di Natuna sebagai tanda Negara hadir.
Keterpencilan dan ketertinggalan di perbatasan baik di daratan dalam satu pulau maupun pulau terluar secara cepat berangsur mulai sirna seiring pembangunan Bandara perintis dengan landasan pacu minimal 1.500 meter, sehingga pesawat jenis CN 235 atau ATR dapat mendarat di pulau terluar NKRI di perbatasan.
Bila sebelum dibangun Bandara untuk pergi ke Miangas butuh waktu berhari-hari dengan kapal laut dari Bitung yang menjadi akses utama berjarak 400 km ke pulau terluar dengan kapal laut PELNI, kini cukup 1 jam dengan pesawat udara penerbangan dari Manado. Hadirnya transportasi udara telah mempercepat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di pulau-pulau terluar
Pembangunan daerah perbatasan mulai dirasakan warga yang tinggal di jauh dari Ibu Kota negara. Kini mereka sudah muali merasakan keadilan sebagai warga NKRI dibanding sebelumnya yang hanya ditugasi menjaga setiap jengkal wilayah NKRI di perbatasan. Pembangunan daerah perbatasan telah mengurangi kesenjangan antar wilayah. Indonesia Barat, khususnya Jawa yang semuanya serba mudah diperoleh kini dirasakan pula warga di pulau terluar dengan perhatian pemerintah.
Pemerintah tidak hanya membangun Bandara di pulau-pulau terluar yang telah membuka konektivitas antar wilayah melalui jalur udara, namun juga dioperasikan kapal Tol Laut. Keterbatasan pesawat udara untuk mengangkut barang, ditopang dengan pengoperasian kapl Tol Luat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam jumlah besar yang tidak dapat diangkut pesawat. Pemerintah cerdas memadukan transportasi udara dan kapal laut dalam meningkatkan denyut perekonomian di wilayah perbatasan.
Pulau-pulau di perbatasan memiliki keindahan alam pantai, bawah laut, kuliner khusunya ikan dan budaya yang belum pernah disaksikan warga di luar wilayahnya. Potensi budaya, kuliner, wisata alam dan potensi lainnya harus dikembangkan dengan kemasan wisata perbatasan. Koneksi transportasi udara yang telah terbangun, pemenuhan kebutuhan yang lebih terjamin dengan adanya Tol Laut diharapkan mendorong pemerintah dan pelaku wisata untuk mendatangkan wisatawan dari dalam negeri dan manca negara untuk datang ke wilayah perbatasan NKRI.
Di pulau perbatasan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) mumpuni dibidang pariwisata sehingga dapat mengemas paket-paket wisata keliling pulau dengan kapal laut, wisata keliling pulau dengan transportasi darat dan paket menarik lainnya untuk mendorong minat warga, khususnya Jabodetabek untuk berkunjung ke perbatasan NKRI.
Wisata perbatasan NKRI bukan sekedar mendatangkan orang dari khususnya Jawa dengan penduduk terbanyak, namun wisata perbatasan akan mendorong kemajuan pendidikan, ekonomi dan budaya di wilayah perbatasan. Melalui wisata perbatasan, penduduk saudara-suadara kita di perbatasan dapat meningkat pengetahuanya, pengalamanya, perekonomianya karena bertemu dengan banyak orang. Mereka dapat menyewakan rumahnya untuk menginap, memasak untuk para tamu dan berbagai aktivitas ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan.