Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sujadi

Enterpreneur

Melawan Tembok Ahok Pada Pilkada 2017

Diperbarui: 7 Februari 2016   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tinggal setahun lagi. Tak terelakkan situasi pun mulai memanas. Perang pernyataan Ahok dengan Adhiyaksa Daud soal gelar doktor pun menjadi isu politik. Kemudian Yusril Ihsa Mahendra juga ikut meramaikan bursa. Terakhir Sandiago Uno, diusung Partai Gerindra  ikut mendeklarisakan diri di Tanjung Priok, Sabtu (6/2).

Dengan beberapa calon telah menyatakan diri maju di Pilkada DKI Jakarta pada 2017, maka pemilihan Calon Gubernur DKI Jakarta bakal meriah. Ahok yang dikenal banyak musuh, sejatinya banyak kawan. Hal itu terbukti dari hasil pengumpulan KTP Teman Ahok yang sudah melebihi ambang batas persyaratan untuk maju sebagai calon independen di Pilkada. Seandainya tidak ada partai politik mencalonkan Ahok, ia bisa maju berbekal dukungan masyarakat menjadi calon independen. Bila Ahok memenangi Pilkada tanpa dukungan parpol,  akan menjadi sejarah demokrasi dan sejarah melemahnya peran partai politik sebagai saran memilih pemimpin  di negeri ini.

Kemenangan calon independen dalam  Pilkada di Negeri ini belum menjadi tren. Namun ciri-ciri Ahok bakal maju menjadi calon independen bisa berhasil dan sukses, hal tersebut ditandai dengan beberapa kagiatan Ahok selalu mendapat tempat di hati rakyat Jakarta. Contohnya ketika meresmikan Kapal Perintis Sanus 46 tujuan Kepulauan Seribu  di Pelabuhan Sunda Kelapa bersama Menteri Perhubungan Ignasisus Jonan pada (28/1, ) Ahok menjadi buruan para kuli tinta dan masyarakat yang hadir. Kemudian permintaan foto ibu-ibu pada peresmian Taman Ramah Anak di Borobudur, Menteng menandakan lebih banyak yang cinta Ahok.

Nafsu mengalahkan dan menyingkirkan Ahok sebagai Gubernur DKI memang cenderung akan  dilakukan dengan berbagai cara, dengan  mencoba mengoyak daerah-daerah yang sedang ditertibkan,  ditata oleh  Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung. Lalu  Sri Risma Harini yang sedang menjalani perode kedua menata Kota Surabaya. Mereka berdua  dicoba ditawarkan    untuk dipertarungkan dengan Ahok.

Sebaiknya masyarakat jangan percaya Parpol yang mencalonkan Ridwan Kamil dan Risma Harini  utnuk mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI. Bukan karena takut Ahok kalah, namun demi kepentingan yang lebih besar, menata kota-kota di bagian lain negeri ini. Ridwan Kamil masih muda bisa mencalokan pada periode berikutnya. Mari  menjaga keterpaduan dan pemerataan pembangunan. Jakarta yang memang perlu pemimpin tegas, visioner dan tangan besi biarkan dipimpin Ahok yang sudah terbukti berhasil dan akan terus menertibkan dan menata Jakarta.

Biarkan  Ahok melawan  mantan Menteri Hukum & HAM Yusril yang juga satu daerah dengan Ahok, Belitung Timur. Kemudian Sandiago Uno, Haji Llulung, Adhiyaksa Daud dan calon lainnya yang merasa sudah percaya diri  untuk menantang Ahok. Mereka para cerdik pandai. Yusril dan Adhiaksa Daud mantan menteri, tentu banyak pengalaman,  memiliki konsep, koneksi dan jaringan untuk menata Jakarta.

Kepemimpinan Ahok di Jakarta banyak memberikan harapan. Penataan sungai, trotoar, taman,  kawasan kumuh dan banjir menjadi agenda utama telah membuahkan hasil. Belum lagi masalah angkutan umum busway, Merto Mini dan Kopaja terus ditertibkan, diberesi untuk mencari solusi terbaik agar angkutan umum perkotaan di Jakarta ini makin baik. Mungkin hal itu baru akan  menjadi program calon gubernur, sama Ahok sudah dilakukan.

Mau bicara penataan angkutan perkotaan, Ahok sudah mengidenvitikasi, diantaranya;  angkutan kota di Jakarta umumnya armadanya tua, reot dan  sopirnya kurang memiliki kecakapan dalam pelayanan. Hal ini terbukti angkutan Metro Mini dan Kopaja yang belum dapat  menampilkan wajah pelayanan. Ahok membenahinya dengan merubah status semula milik perorangan menjadi badan usaha,  sehingga Pemprov DKI dapat  menugaskan pelayanan publik dengan pembayaran rupiah per kilo meter melalui subsidi angkutan umum. Dengan demikian maka standar pelayanan minimum seperti jadwal  regular,  bus ber-AC, sopir bergaji itetap dapat memberikan ketenangan, tidak berebut penumpang dan ugal-ugalan karena mengejar  setoran.

Tidak  mudah menata Kopaja dan Metro Mini. Tak sedikit yang berkepentingan dengan ketidaktertiban  dalam transportasi Ibu Kota. Sehingga tarik ulur perubahan  status dari perorangan menjadi badan usaha sangat alot. Namun berkat kegigihan Ahok dan para pembantunya, upaya itu berhasil. Sehingga bertahap dan pasti wajah Kopaja makin baik, makin berkualitas pelayanannya.

Tidak hanya menata kemacetan, sampah dan kebersihan sungai mulai terasa. Air  sungai yang menghitam dan banyak sampah menjadi tantangan sangat berat. Namun kini setiap Lurah dan Dinas Kebersihan diberikan tugas menjaga kebersihan sungai. Caranya dengan diipasangi jaring penahan sampah, lalu petugas kebersihan setiap hari tanpa lelah mengangkatnya kedalam truk dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Mau mengkampanyekan Sungai ? sudah dilaksanakan. Kerapihan sungai akan berdampak positif. Harga tanah di sekitar Kampung Pulau yang sebelumnya rendah, kini naik tajam. Hal itu karena perubahan lingkungan dari semula kumuh menjadi rapih. Dari semula tempat sampah menjadi kawasan mewah. Pasca penertiban bangunan dan pemindahan warga Kampung Pulau ke rumah susun, Kampung Pulau kini terlihat lebih manusiawi, lebih terang dan memilki harapan masa depan bagi penghuni kota Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline