Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sujadi

Enterpreneur

Menata Kawasan Candi Borobudur Menuju Destinasi Prioritas

Diperbarui: 3 Februari 2016   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Puluhan ribu wisatawan naik ke Candi Borobudur tiap hari selama libur Natal dan Tahun Baru 2015. (Foto| suaramerdeka.com/Tuhu Prihantoro)"] [/caption]Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas di Manohara, komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah Jumat (31/1). Tujuanya adalah untuk melakukan percepatan Pembangunan Daerah Pariwisata Nasional Candi Borobudur agar obyek wisata budaya itu dapat meningkatkan kunjungan wisata dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal serta ekonomi nasional.

Candi Borobudur tergolong candi terbesar di dunia dan pernah tercatat sebagai The Seven Wonder in The World atau tujuh keajaiban dunia. Candi Borobudur termasuk dalam program sepuluh destinasi wisata prioritas yang akan dikebut secara terintegrasi pada 2016. “Borobudur adalah mahakarya budaya dunia dan sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia,” kata Presiden. (Indo Pos 1/2-16).

Pada arahanya, Presiden Jokowi menekankan bahwa Candi Borobudur harus terus dilestarikan dan menjadi destinasi wisata bermanfaat bagi masyarakat. Tidak hanya bagi masyarakat lingkungan candi secara langsung, namun juga masyarakat Indonesia dan dunia. Pada 2014, Candi Borobudur dikunjungi sekitar 250 ribu orang wisatawan manca negara dan 2,2 juta orang wisatawan dalam negeri.

Potensi wisatawan manca negara untuk mengunjungi Borobudur sangat besar, karena itu Presiden Jokowi berpesan kepada Menteri Pariwsiata Arief Yahya agar pengembangan kawasan Candi Borobudur disiapkan dengan baik, terintegrasi antar kementerian dengan provinsi, baik itu berkaitan dengan aksesibiltas, terintegrasi dengan kawasan wisata seperti Prambanan yang juga merupakan warisan Budaya.

Penegasan dan keinginan Presiden Jokowi untuk menata Borobudur harus dirspon oleh semua stakeholders dan harus ditindaklanjuti oleh yang berkompeten pada Candi Borobudur. Menteri Pariwisata, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pekerjaan Umum, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Magelang dan PT. Taman Wisata Candi, sebagai BUMN pengelola Candi Borobudur harus duduk bersama untuk menginventaris permasalahan, mencari solusi pengembangan agar lebih bermanfaat bagi pengunjung, pengelola dan masyarakat sekitar di lingkungan Candi Borobudur.

Candi Borobudur dikelilingi 16 desa dengan jarak terdekat Desa Borobudur tempat keberadaan Candi. Kemudian Desa Tuk Songo, Wanurejo, Wringin Putih dan Bumi Harjo yang hanya berjarak 2 km dari candi. Disusul Desa Candirejo, Karangrejo, Majaksingi, Karanganyar, Tanjungsari, Ngadiharjo, Ngargogondo, Kembanglimus, berjarak sekitar 3 km dari Candi. Desa Giritengah, Kebonsari dan Tegalarum berjarak sekitar 5 km dan Desa Samigaran serta Desa Kenalan berjarak 6, 10 hingga 14 km.

Dari 16 Desa di sekitar Borobudur, sekitar 10.000 orang menggantungkan hidupnya kepada Candi Borobudur baik secara langsung sebagai pelaku ekonomi wisata maupun usaha terdampak dari keberadaan candi. Mereka ada yang berprofesi sebagai pegadang kerajinan, kuliner, mainan anak-anak, jasa fotogrfi, batik, buah-buahan hingga jasa guide para turis.

Para pelaku ekonomi di kawasan candi, sekitar 3.500 pedagang didalam kompleks Candi Borobudur,. Mereka mendirikan tenda-tenda memanjang untuk menggelar dagangan berupa pernak pernik hasil kerajinan desa sekitar. Pemilik warung makan, warung buah dan berbagai usaha dagang lainnya yang dijajakan tanpa konsep, tidak teratur, terkesan semrawut dan kumuh.

Kekumuhan lingkungan tercipta bertahun-tahun. Pemilik warung di kawasan candi, semula hanya orang tunya. Mereka berkembang memiliki keturunan, anak, cucu, menantu. Karena bertambahnya keluarga, maka bertambah pula lapak di lingkungan candi, tanpa terkendali, saat ini sudah sekitar 3.500 orang menggantungkan hidupnya dengan berjualan di kawasan candi.

Tiak hanya permasalahan kekumuhan lingkungan saja, jenis dagangan, penyajian dan berbagai hal yang belum tertata terarah menimbulkan kawasan ini semakin kumuh. Bercampurnya pedagang makanan dengan hasil kerajinan, maian, batik dan buah-buahan menjadikan kawasan ini makin tidak nyaman. Pengunjung juga seolah diwajibkan oleh keadaan untuk melewati ratusan lapak pedagang. Hal ini tentu melelahkan pengunjung karena harus berjalan memutar mengellilingi pedagang.

Kemudian di luar kawasan candi, ratusan pemilik kios, warung makan dan usaha jasa lainnya tersebar di sekitar candi. Dengan demikian ada ikatan batin dan ikatan ekonomi antara Candi Borobudur sebagai daya tarik wisata dan dampak ekonomi bagi warga sekitar Borobudur. Candi Borobudur ibarat kue besar yang harus dapat dinikmati Pemerintah, pengelola dan juga masyarakat sekitar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline