Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sujadi

Enterpreneur

Blusukan Ala Dirut Pelni

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1408239994699325119

[caption id="attachment_353336" align="aligncenter" width="640" caption="Sujadi bersama dirut Pelni Wimbo :foto Sujadi by Hp"][/caption]

Blusukan menjadi trend  pimpinan masa kini. Istilah blusukan dipopulerkan Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta. Itu pula yang mengantar Jokowi menjadi Presiden RI 2014-2019 mendatang.

Berkat blusukan,  Jokowi dapat memetakan masalah yang rumit-rumit yang dihadapi rakyat dan dapat secara langsung bisa diselesaikan dengan cepat.  Berkat blusukan Jokowi Waduk Pluit, Waduk Rio-Rio bisa ditertibkan, ditata dan dapat berfungsi sebagai waduk, pengendali banjir di Jakarta.

Dirut PT. KAI Ignsius Jonan dapat berhasil memberesi KAI karena sering blusukan di atas KA sejumlah stasiun kumuh. Depo kereta  Dipo Lokokomotif dan Balai Yasa kereta dapat diberesi berstandar nasional untuk perawatan.

Bahkan ketika lebaran Jonan harus Posko di luar Jakarta. Posko juga blusukan karena selain ngepos di Posko juga mengunjungi sejumlah obeyek di semua daerah operasi dan Divisi Regional KA. Bahkan, karena cape Jonan pun  tidurnya nyenyak di KA ekonomi sekalipun. Blusukan bukan berarti harus mengunjungi  daerah kumuh, beda obyek profesi beda pula obyek blusukan.

Demikian besar manfaat positif dari blusukan. Lah ini yang lebih seru Blusukan ala Dirut Pelni Wimbo Harjito. Sebagai perusahaan pelayaran tentu obyek usahanya ya kapal di laut? Bagaimana blusukanya?

Wimbo panggilan Wimbo Harjito diangkat  jadi Dirut PT. Pelni sejak Mei 2014. Mantan Direktur Komersial KAI ini orang yang unik, ingin tahu, mencoba dan tentu segera mencari solusi atas temuannya.

Cara blusukan Wimbo di KAI sangat beda dengan di Kapal. Kalau KA di darat semua bisa terlihat, termonitor dengan baik, Lha Pelni di kapal, lepas dari pelabuhan yang mengambang, kampul-kampul (jawa) mengayin mengikuti alunan laut.

Salah satu contoh untuk meniadakan penumpang gelap atau tanpa tiket. Ketika  dipraktekan di KAI dalam memberesi penumpang gelap di atas KA diberhentikan di stasiun terdekat ketika KA dalam perjalanan. Lha di Kapal apa penumpang diturunin di tengah laut? Ga mungkin to..

Caranya diperketat ketika sebelum masuk kapal. Ini terbukti ketika lebaran 2014 lalu. Volume penumpang naik 1 % pendapatan bisa naik 25 % opo tumon?

Kejadian ini mirip ketika di KAI diterapkan pembatasan penumpang sesuai tempat duduk dan tidak ada lagi penumpang berdiri. Ketika itu Wimbo juga heran dibatasi penumpangnya memang volume turun, tapi pendapatan akhir naik. Selidik punya selidik terjadi pemerataan penumpang, sebelumnya menumpuk bisa bergeser di hari lain untuk berngkat di masa lebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline