Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sujadi

Enterpreneur

Elevated Line KRL Jabodetabek

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1407995367426545320

[caption id="attachment_352858" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi: KRL Jabodetabek/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Pemerintah Kolonial Belanda telah mewariskan jaringan kereta api (KA) lengkap dengan jaringan elektrifikasi di Jakarta yang sekarang telah berkembang menjadi Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek. Kereta listrik di Jakarta lahir sejak tahun 1925, ketika perusahaan Belanda itu berstatus Staat Spoorwegen (SS). Dengan bangga SS meresmikan pembukaan jalur elektrifikasi pertama dari Tanjungpriuk ke Mester Cornelis (Jatinegara) yang diresmikan bersamaan dengan Hari ulang tahun SS pada tanggal 6 April 1925.

Pada awalnya pemafaatan jalur elektrifikasi masih sebatas menggunakan lokomotif listrik buatan Jerman dan Belanda. Lokomotif listrik itu menarik rangkaian gerbong kereta kayu. Gerbong kereta yang ditarik tidak memiliki mesin dan jaringan aliran listrik seperti KRL saat ini. Kereta kayu ini mondar mandir di Jakarta, ke Bogor, Tanjungpriuk dan menyusuri jalur lingkar dalam kota dari Jatinegara-Manggarai-Tanahabang-Duri-Pasarsenen dan kembali ke Manggarai yang dikenal dengan jalur loop line yang melingkar di dalam kota Jakarta.

Kereta kayu yang ditarik dengan lokomotif listrik buatan Jerman dan Belanda inilah yang menjadi cikal bakal kita mengembangkan KRL Jabodetabek. Berawal dari kereta kayu yang ditarik lokomotif listrik yang saat ini telah menjelma menjadi angkutan perkotaan andalan warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya. Belanda telah menancapkan basis angkutan perkotaan yang apabila dikembangkan secara baik mungkin telah lebih maju dan modern dibanding perkeretaapian di Asean.

[caption id="attachment_352776" align="aligncenter" width="300" caption="KRL lintas duri - Tangerang (foto :Yos Asmat)"]

1407976969842850697

[/caption]

Seiring perkembangan teknologi kereta api di dunia, negara kita kebagian imbas. Kereta kayu dan lokomotif listrik diganti dengan KRL. Angkutan KRL sangat cocok dengan perkembangan Ibu Kota Jakarta yang dengan cepat telah menjadi kota metropolitan. Dengan perkembangan penduduk mencapai lebih dari 8 juta di DKI dan puluhan juta di kota penyangga seperti Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi, maka angkutan ini berkembang menjadi angkutan KRL Jabodetabek.

Lokomotif listrik yang didatangkan SS untuk melayani transportasi Jakarta ada4 buah dan melayani rute Tanjungpriuk-Jatinegara, Jakarta-Bogor dan jalur lingkar DKI Jakarta. Bertahun-tahun sejak diluncurkan pada tahun 1925 kereta ini melayani warga Ibu kota dan sekitarnya bertransportasi kereta apidengan aman dan nyaman. Apalagi penduduk Ibu kota saat itu belum sepadat saat ini.

Sejak kedatangan armada KRL pada 1976 untuk pengganti kereta dengan lokomotif listrik, kebutuhan armada kereta tidak sebanding dengan pertumbuhan penumpang. Sementara pendapatan dari angkutan KRL sendiri selalu tekor. Bentuk usaha dan pengelolaan yang masih belum membaik mengakibatkan PJKA saat itu merugi. Bocornya pendapatan tiket KRL karena berbagai kelemahan memperburuk layanan KRL Jabodetabek. Karena itu untuk pengadaan KRL dibantu sepenuhnya oleh pemerintah melalui dana APBN dan bantuan luar negeri.

Umumnya bantuan luar negeri merupakan hasil kerja sama bilateral antar dua pemerintahan. Karena itu pengadaan KRL juga ada yang merupakan hasil kerjasama antar negara yang berbeda yang memiliki produk KRL, sehingga jenis armada KRL juga beraneka ragam. Ada KRL reostatik, Holex, Nippon, dan Produksi dalam negeri PT. INKA Madiun. Jenis KRL bervariasi sesuai dengan siapa atau negara mana yang memberikan bantuan dalam kerjasama bilateral.

Pada awalnya armada KRL disediakan sepenuhnya oleh pemerintah. PJKA waktu itu tinggal menerima, mengoperasikan dan merawat semampunya. PJKA tidak perlu mikir untung rugi karena memang berbentuk jawatan kereta api yang bertugas melayani masyarakat, memberikan pelayanan publik. Semua fasiltas dari rel, kereta, persinyalan sampai stasiun diadakan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan.

Selain membangun jalur ganda lengkap dengan elektrifikasinya, pemerintah juga telah berupaya membantu dengan membeli beberapa KRL baru kelas ekonomi jenis Holex yang dibangun di PT. INKA Madiun sekitar tahun 1990an. Meskipun berteknologi lebih modern dibanding KRL sebelumnya. Namun karena KRL Holex buatan negara Eropa, maka teknologinya kurang bersahabat dengan para teknisi Indonesia, yang sudah lama akrab dengan teknologi KRL reostatik produk negeri Sakura, Jepang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline