Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sujadi

Enterpreneur

Gaduhnya Boarding Kereta Api

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14092928531918916564

Para penumpang kereta api (KA) kini telah tertib ketika masuk peron stasiun dan naik KA, khususnya KA jarak jauh. Sistem boarding untuk pencocokan nama, nomor KA, tanggal keberangkatan dan identitas penumpang telah berjalan sesuai harapan. PT. KAI juga telah memanfaatkan IT dalam memeriksa tiket dengan penindai dihubungkan dengan data komputer penjualan tiket. Alat penindai disiapkan di pintu masuk peron stasiun.

Kerelaan, keikhlasan dan ketaatan mengikuti aturan yang diberlakukan PT. KAI merupakan buah kerja keras seluruh insan KAI dibawah kepemimpinan Ignasiun Jonan sebagai Dirut KAI. Kenapa sistem yang dulunya terlihat amat sulit bisa dilaksanakan dan berhassil? Tentu tidak mudah bukan? Yuk kita ikuti kiat suksesnya.

Sistem boarding telah digagas dan dirintis sejak lebaran tahun 2010, meskipun pelaksanaannya belum sebaik pada lebaran 1435 H tahun 2014. Sistem ini digagas Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (Persero) - PT. KAI, Ignasius Jonan bersama Direktur Komersial Sulistyo Wimbo Harjito (sekarang Dirut PT. Pelni). Sistem ini merupakan pengamatan Jonan panggilan akrab pria alumni Unair Surabaya ini, ketika pada 2009 melayani angkutan lebaran untuk pertama kalinya.

Pengalaman pertama menangani angkutan lebaran dengan KA telah menginspirasi Jonan untuk melakukan perubahan. Pada angkutan lebaran tahun 2009, kondisi pelayanan di stasiun dan di atas KA tidak tertib dan tidak aman. Contohnya di Stasiun Pasarsenen, penumpang penuh sesak di mana-mana."Ruang tunggu, peron dan di atas KA semua berjubel dipenuhi manusia, ada panggung dangdut di peron.

Pada awalnya sistem boarding dilakukan dengan membatasi penumpang masuk ke peron, yang mulai diterapkan pada angkutan lebaran 2010. Penumpang diijinkan masuk peron bila KA yang akan dinaiki sudah tersedia. Sedangkan pembatasan jumlah penumpang di atas KA, di dalam gerbong kereta belum sepenuhnya diatur. Kondisi stasiun yang dipadati penumpang, pedagang dan stand promosi berbagai produk telah membuat pelayanan karut marut.

[caption id="attachment_356063" align="aligncenter" width="300" caption="suasana boarding penumpang di stasiun Pasarsenen, pada angkutan lebaran 23 Agustus 2011, (foto: Yos Asmat)"][/caption]

Stasiun memiliki keterbatasan ruangan. Gerbong kereta juga memiliki keterbatasan space, ada daya tampung maksimal yang telah diatur dalam perencanaan teknik ketika merancang kereta. Untuk itu flow penumpang harus diatur agar alur penumpang masuk stasiun, masuk peron dan masuk ke dalam gerbong KA dapat diatur dengan tertib, lancar dan aman.

Pada saat itu pengaturan flow untuk mengatur alur penumpang masih dalam pemikiran, belum diterapkan secara penuh. Pembatasan penumpang dirintis pada angkutan lebaran 2011, namun belum membatasi penumpang 100 % dari tempat duduk tersedia. Penjualan tiket kelas Bisnis masih ada toleransi 25%. Sedangkan kelas Ekonomi ada toleransi, meskipun tidak 150 %, penumpang Ekonomi dibatasi 150 orang per gerbong kereta.

Penerapan perdana pembatasan penumpang 150 orang per gerbong kereta masih memunculkan ketidaktertiban. Kebijakan ini masih dimanfaatkan oleh oknum pegawai nakal. Mereka bekerjasama dengan para mitranya (penumpang gelap) yang ingin naik KA tanpa tiket atau memanfaatkan celah dengan menggunakan tiket tidak sesuai tanggal keberangkatan. "Kebijakan ini masih ada yang menyiasati tanggal keberangkatan sebelum waktunya. Selain itu juga masih ada celah kebocoran tiket. Ini terbukti pada tahun 2011."

Pada hari pertama pelaksanaan angkutan lebaran tahun 2011, tepatnya H-7 tanggal 23 Agustus 2011, di Stasiun Pasarsenen, KA Tawang Jaya Jakarta-Semarang Poncol masuk di Stasiun Pasarsenen dengan kondisi mencurigakan. Kereta penuh sesak, padahal sudah diberlakukan kebijakan pembatasan 150 penumpang per kereta. "Seharusnya tidak mungkin kondisi kereta penuh sesak. Kita perlu cek," kata seorang petugas Posko di Stasiun Pasarsenen.

Kondisi KA Tawangjaya yang penuh sesak telah mendorong semua petugas di Pasarsenen curiga. Tim Pemeriksa Serentak (PS) langsung memeriksa ulang KA Tawangjaya di Pasarsenen. Satu persatu penumpang ditanya tiket, dan kedapatan 250 orang tidak memiliki tiket KA. Mereka menyebut nama seorang Kru KA yang berprofesi teknisi di atas KA memberikan jaminan akan tiba di tujuan, meskipun tanpa tiket."Penumpang tetap membayar, namun uang diterima oknum petugas teknisi, tidak dibelikan tiket."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline