Oleh; Akhmad Sujadi
Untuk mepercepat proses perubahan di lingkungan PT. KAI direksi memberikan kesempatan kepada beberapa karyawan untuk belajar pelayanan dan teknik perkeretaapian ke luar negeri. Perancis sebagai embahnya perkeretaapian di Eropa menjadi tujuan pelatihan para karyawan. Secara bertahap para karyawan dikirim ke beberapa negara Eropa dan Asia Timur, Jepang dan China.
Perancis sudah sangat maju dalam penyelnggaraan perkeretaapian. Stasiunnya megah, terawat dan terkoneksi dengan berbagai transportasi lanjutan secara baik. Kereta api perkotaan atau Metro hampir semuanya melintasi bawah tanah. Hanya Trem kota yang menggunakan rel dan bersamaan menggunakan jalan raya sebagai basis pijakan roda. Trasnportasi di Perancis didominasi kereta api.
Perancis yang membangun kereta sudah lebih dari seratur tahun lalu, memisahkan kereta Metro untuk pelayanan di dalam kota. KA cepat regional antar propinsi, dalam propinsi dan KA kecepatan tinggi lintas negara. Hal yang sangat penting untuk diambil hikmahnya bagi Indonesia adalah stasiun yang bersih, teratur dan indah. Meskipun jumlah penumpanya jutaan per hari, namun pelayanan tetap tertib yang didukung dengan penerapan teknologi modern.
Stasiun-stasiun di Perancis umumnya mempunyai dua fungsi utama. Sebagai sarana transportasi dan juga pusat perbelanjaan. Stasiun Metro umumya di bawah tanah. Kereta api akan melintasi terowongan bawah tanah yang di atasnya mungkin jalan raya, Mall dan bangunan lainya. Itulah uniknya KA di negara maju kereta dan bangunan diatur sedemikan rupa sehingga sama-sama memberikan dukungan manfaat. Untuk akses dari stasiun ke apartemen, perkantoran penumpang cukup berjalan kaki.
Demikian juga di Jepang kereta dalam kota umumnya di bawah tanah, jalan layang dan hanya sedikit KA yang melintas di atas permukaan tanah yang beroperasi di Jepang. Pusat perbelanjaan, perkantoran, Hotel dan Apartemen juga memilih koneksi dengan stasiun. Dengan demikian penumpang tidak perlu naik kendaraan lagi bila akan belanja, ke kantor dan ke pulang ke rumah. Mereka cukup berjalan kaki.
Negara Jepang dan Perancis memiliki iklim hampir sama. Kedua negara sama-sama berudara dingin. Maka jalan kaki menjadi pilihan untuk akses masuk dan keluar stasiun, akes ke kantor dan ke rumah. Beda dengan negara kta yang berudara tropis, bila harus jalan kaki jauh, badan berkeringat dan lelah. Jadi bagaimana cocoknya membangun KA di negara kita?
Suka tidak suka kita saat ini baru memiliki KRL Janodetabek sebagai andalan warga untuk moving ke kantor , tempat perbelanjaan dan kegiatan lainnya. Pelayanan KRL Jabodetabek sudah membaik sejak dua tahun lalu. Tiketing eletronik sebagai penanda pelayanan modern sudah diterapkan. Bangunan kumuh di sekitar stasiun telah dibongakari ditata dan sebagian dibuat sarana parkir. KRL bekas dari Jepang turut membantu negeri kita memperbaiki pelayanan transportasi KRL di Jabotabek.
KRL baru buatan dalam negeri yang diharapkan segera bergerak untuk membangkitkan indkustri dalam negeri kwalitasnya kurang bagus. KRL Bombardier-INKA yang dioperasikan awal tahun 2014 sudah harus istirahat karena gangguan teknis. Sangat disayangkan produk Indonesia kalah kwalitas dengan KRL bekas Jepang. PT. KCJ sebagai operator tentu memilih KRL bekas yang lebih handal.
Semua harus dimaklumi karena negeri ini masih terus dan terus belajar dari berbagai kekurangan. PT. KAI berhasil menyulap kondisi dirinya dari kumuh, dari tidak tertib, dari tidak sehat manjadi BUMN berkinerja baik, berpelayanan tertib, sehat dan bersih. Bersih tidak hanya stasiunya tapi bersih dalam transaksi keuangan dan SDM-nya. Perusahaan di atas jalan rel ini sudah berubah total dari sebelumnya, maka pantas menjadi rujukan perubahan di negeri ini.
PT. Pelni yang juga BUMN transportasi jga sedang berusaha lepas dari raport merah. PT. Pelni yang sejak 21 Mei 2014 dipimpin oleh Sulistyo Wimbo Hardjito sebagai Dirut mencoba belajar dari KAI yang sukses kelur dari raport merah. Wimbo yang sebelumnya Direktur Komersial KAI sangat paham dengan perubahan KAI. Bahkan di KAI ia ibarat gelandang serang dalam percepatan perubahan di KAI. Banyak ide perubahan pelayanan dari pria 59 tahun ini.