Oleh: Akhmad Sujadi
Suara cempreng lokomotif CC 206 bertenaga maksimal menghiasi kereta penumpang dan barang di Jawa. Lokomotif dua kabin kemudi itu menjadi kebanggaan PT. KAI. Meskipun bentuknya ramping, lokomotif ini mampu menarik lebih banyak gerbong barang dan melaju cepat menarik rangkaian kereta penumpang. Kehadiran Si Cempreng dengan suara serak menjadi penanda kebangkitan KA angkutan barang di Jawa.
Selain ada lokomotif cempreng KAI juga punya ribuan gerbong datar jenis PPCW untuk angkutan kontainer dan semen di Jawa. Lompatan jumlah armada lokomotif menandai kebangkitan KAI angkutan barang dan angkutan penumpang. Sicempreng tidak hanya satu, namun ada ratusan lokomotif sejenis. Dulunya diplot untuk angkutan barang semua. Namun satu dan lain hal Sicempreng akhirnya dipakai juga untuk menarik kereta penumpang.
Salah satu kekuatan angkutan KA pada jumlah armadanya. Dulu pengangkut barang tidak percaya dengan KAI karena lokomotif dan gerbong barangnya terbatas. Kini pengangkut gembira dengan kehadiran lokomotif dan gerbong yang cukup. Berapa pun angkutan kalau tarifnya OK, akan diangkut dengan kereta api (KA). ke mana tujuan kiriman anda, KAI siap siaga.
Pertanyaan dari mana uang sebanyak itu untuk membeli alat produksi berupa lokomotif dan gerbong yang sangat dibutuhkan? kemampuan kas internal saat itu cekak untuk membeli lokomotif dan gerbong yang sangat dibutuhkan. Karena itu KAI berhutang ke Bank. Hutang komersial itu sebelumnya akan menggunakan bank asing, namun bank dalam negeri percaya dan membiayai pembelian lokomotif dan gerbong barang.
Selain hutang untuk membeli lokomotif dan gerbong barang, KAI juga berhutang untuk pembangunan infrastruktur rel di Sumatera Selatan. Rel ganda itu untuk meningkatkan kapasitas angkutan batu bara agar targetnya dapat dinaikkan menjadi 20 juta tahun 2014 ini. Kabar yang penulis himpun, KAI juga berhutang untuk membangun jalur KA Bandara Soekarno Hatta yang masih dalam proses pembangunan.
KAI beralasan Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2011 tentang penugasan dari pemerintah kepada KAI untuk pengembangan KRL Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan jalur lingkar serta pembangunan KA Bandara Soekarno Hatta harus dibanguan tanpa menggunakan dana APBN. Karena kekurangan modal, untuk membangun jalur KA ke Bandara, maka KAI harus melibatkan perbankan untuk pembiayaanya.
Hal yang harus diketahui, hutang KAI sangat efektif karena untuk meningkatkan angkutan barang sebagai target pendapatan penting perusahaan. Angkutan barang diyakini akan memberikan keuntungan besar bagi pendapatan. Angkuatn barang tidak seribet angkutan penumpang. Gerbongnya saja cukup gerbong plat, gerbong datar. Perawatanya mudah tidak perlu dicuci, dilengkapi toilet dan kondektur berdasi. Asal pemeriksaan dan pemeliharaanya baik, Insya Allah handal.
Kemudian KA Bandara Soekarno Hatta berani ambil hutang karena prospeknya lumayan. Tarif KA Bandara jauh lebih kompetitif dibanding tarif KRL Jabodetabek. Contohnya KA Bandara Kualanam di Medan. Jaraknya kurang dari 40 km, PT. KA Railink, anak perusahaan KAI berani pasang tarif Rp 80.000. Berkaca dari keberhasilan KA Bandara Kualanamu, KAI optimis KA Bandara Soekarno Hatta dapat meraih untung.
KAI merupakan korporasi yang bertujuan mencari untung. Dalam bisnis modern pelibatan pendanaan dari perbankan tidak haram, bahkan sepertinya keharusan. Karena itu KAI pun berhutang untuk pengembangan bsinisnya. KAI telah berkembang menjadi perusahaan bisnis modern dibawah kepemimpinan Ignasius Jonan yang kini dipercaya menjadi Menteri Perhubungan, yang baru saja dilatik Senin (27/10).
Prestasi Jonan, panggilan pria penggila kerja ini, telah membawa KAI dari perusahaan yang kualitasnya buruk menjadi perusahaan yang berkinerja keungan baik, sehat dan bersih. Kini KAI yang sudah dibangun dengan ikhlas dan susah payah, terpaksa harus ditinggalkan pria 51 tahun yang promosi menjadi Menteri Perhubungan. Meskipun KAI masih perlu tangan Jonan untuk tetap eksis, ia harus rela pergi. Pergi untuk menapaki tugas yang lebih besar untuk kebaikan transportasi Indonesia tercinta.