Lihat ke Halaman Asli

Suhud Rois

Guru SD Peradaban Insan Mulia

Ketika Anak Mengatakan, “Boseeen…!”

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tentu saja sangat tidak mengenakkan mendengar anak-anak serempak berteriak, “Boseeen!” Pernahkah Anda mengalaminya? Bersyukurlah kalau belum. Saya pernah mengalaminya. Tapi saya juga bersyukur. Bagi saya, ungkapan seperti itu tidak menjadikan diri mundur, tidak membuat semangat surut. Justru saya merasa perlu terus maju dan semakin terpacu.
Saya senang. Paling tidak anak-anak berani mengungkapkan perasaannya. Ini berarti bahwa mereka mengetahui apa yang dirasakan. Lalu, biasanya, saya tanya, “Maunya ngapain?” Ah! Saat itulah semua anak bicara. Bisa jadi kelas jadi ribut, riuh rendah. Saya merasa tidak perlu marah dan berteriak, “Diam!”

Mengapa tidak tersenyum saja? Bukankah kita ingin anak-anak berani bicara, mengeluarkan pendapat? So, saya pun mencoba merasa gembira. Tapi tidak cukup hanya itu. Banyaknya pendapat menuntut sebuah pengaturan lalu lintas suara dengan baik. Semua berbicara, semua mendengar, semua peduli, dan semua menghargai.
Sebagai sebuah kegiatan yang kompleks, belajar melibatkan perasaan dan emosi, belajar dipengaruhi banyak hal. Termasuk merasa bosan. Bisa jadi anak-anak merasa bosan karena kegiatan belajarnya monoton, begitu-begitu saja. Atau bosan karena kurang tantangan.
Nah, disinilah serunya. Momentum ‘bosen’ adalah peringatan dini untuk mawas diri. Ada apa dengan cara mengajar kita? Sudah cukup menantangkah kegiatan yang kita rencanakan? Guru yang baik tentu saja selalu mengadakan perubahan. Saya ingin jadi guru yang baik. Jadi, saya melakukan perubahan.

Perubahan tidak perlu harus radikal, saya rasa. Memulai dari perubahan kecil adalah sebuah langkah besar. Aktivitas belajar yang dimodifikasi dibeberapa bagian sudah merupakan perubahan. Kemudian kita ubah bagian lainnya,begitu seterusnya. Akhirnya kita akan mendapatkan banyak variasi dari satu tipe aktivitas belajar.
Langkah paling awal saat mendapat ‘serangan bosen’ dari anak adalah bersikap tenang. Tidak perlu panik. Kepanikan bisa terbaca jelas oleh anak. Walaupun sakit dan pahit, tetaplah tersenyum. Kemudian bersantailah. Ajak anak melakukan sesuatu yang fun, sambil mencari kegiatan alternatif yang menarik.
Merespon dengan kemarahan atau rasa jengkel juga tidak diperlukan. Hal tersebut malah bisa kontradiktif dengan tujuan pembelajaran. Santai saja.
Jadi, jangan takut bila anak berkata, “Boseeen!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline