Lihat ke Halaman Asli

Suhmawardi

Pegiat di Nuzhola Islamic Studies

Menanti “Manusia ½ Dewa” dari Cikeas

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rakyat tidak perduli siapa yang mimpin. Yang penting kebutuhan hidup yang wajar terpenuhi. ---Dan Orde Paling Baru, Iwan Fals--- [caption id="attachment_17380" align="alignright" width="300" caption="Presiden SBY (Kompas/Alif IchwanAIC)"][/caption] Hari Selasa lalu (20/10), gedung para anggota dewan sejenak menjadi episentrum perhatian publik. Ada hajatan besar pelantikan presiden dan wakil presiden yang menelan biaya 341 juta. Tak kurang, 18.000 personel keamanan dikerahkan untuk mengamankan segenap penjuru Jakarta. Dan 2000 diantaranya, bergerombol di Senayan bersama belasan panser dan water canon. Sekitar 1.339 jurnalis dari 240 media dalam dan luar negeri terjun meliput. Di tengah eforia dan huru-hara di balik pelantikan dan segenap kebisingan politik kepentingan serta audisi bagi-bagi kekuasan, suara dan harapan rakyat tak boleh dilupakan dalam setiap proses politik yang ada. Lepas dari semua itu, soalnya adalah sosok pemimpin seperti apakah yang dibutuhkan oleh rakyat yang lama terjebak dalam “goa berlumut kebosanan” sebab tak ada perubahan signifikan di balik setiap momen peralihan kekuasaan sejak era reformasi. Presiden ½ Dewa Seperti apa sosok pemimpin yang dibutuhkan oleh rakyat saat ini. Apakah sosok pemimpin yang santun dan baik tutur bahasa serta perilakunya, seorang yang lebih cepat bertindak. Ataukah sosok yang pemimpin yang sekedar mengidentifikasi dirinya sebagai wong cilik dan pro-rakyat. Ataukah juga kepimpinan yang dibangun di atas perbedaan gender? Jawabannya, tentu saja bukan! Iwan Fals menegaskan, sosok pemimpin yang dibutuhkan rakyat saat ini adalah seorang pemimpin yang memiliki kualitas “manusia setengah dewa”. Sosok pemimpin setengah dewa dimaksud adalah pemimipin yang mampu memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan kepada rakyat. Dua hal itu, kesejahteraan dan keadilan merupakan kebutuhan mendasar dan mendesak saat ini. Hal itu sebagaimana ia tegaskan sebagai berikut: “…Turunkan harga secepatnya. Berikan kami pekerjaan. Tegakkan hukum setegak tegaknya. Adil dan tegas tak pandang bulu. Pasti kuangkat engkau menjadi manusia setengah dewa”,, tegas Iwan Fals dalam lagu Manusia Setengah Dewa. Lirik diatas sesuai dengan realitas empirik di negeri ini. Persoalan tingginya biaya pendidikan, bahan pokok hingga mahalnya biaya kesehatan menjadi hal yang amat memberatkan rakyat. Terlebih lagi, kondisi ketersediaan lapangan kerja yang minim makin membuat rakyat menderita sebab tak mampu memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat. Maka tak heran, problem kemiskinan, kelaparan dan busung lapar menjadi wajah negeri ini yang tak bisa disembunyikan. Karena itulah, peningkatan dan pemerataan kesejahteraan sosial menjadi agenda dan tugas utama seorang pemimpin bangsa. Simaklah lirik berikut, “…Kita hidup sering terancam. Tak ada jaminan keselamatan. Kamu ngomong tentang kemakmuran. Tapi makin banyak pengangguran…”, ucapnya dalam lagu Buktikan. Selain persoalan kesejahteraan diatas, masalah penegakan hukum (law enforcement) dan pemenuhan rasa keadilan juga menjadi hal yang sangat dibutuhkan rakyat. Kesamaan di depan hukum dan hak memperoleh rasa keadilan adalah hak asasi setiap individu di negeri ini yang harus dijaga oleh pemerintah. Maka itu, perlu sosok presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan yang berkualitas “setengah dewa”. Sebab masalah-masalah kasus Lumpur Lapindo, Bank Century, pembunuhan aktivis HAM Munir, korupsi, dan sebagainya yang banyak melibatkan pejabat tinggi negara seperti gubernur, menteri dan politisi Senayan, butuh adanya sikap tegas seorang pemimpin terhadap ketidakadilan yang ada. Oleh karena keadilan di negeri ini adalah barang mewah dan tidak gratis dan kondisi hukum seperti wajah yang muram: Hal itu seperti ia gambarkan dalam lagu Mungkin “...Di negeri ini apa saja bisa terjadi. Untuk mendapatkan keadilan. Kalau perlu membeli. Yang hitam bisa menjadi putih. Yang putih pun begitu. Terhadap yang benar saja sewenang wenang, Apalagi yang salah...” . Terkait soal hukum, “...Hak asasi hidup disini. Tinggal kata tinggal piagam. Bukan keki bukan bukan patah hati. Sebab hukum berwajah muram. Busyet dah !...”, tegasnya dalam lagu 17 Juli 1996 Oleh karena itu, prototipe pemimpin “setengah dewa” sebagaimana digambarkan Iwan Fals adalah sosok pemimpin yang sangat dibutuhkan oleh rakyat saat ini. Rakyat hanya berharap Pak Beye dapat menjadi sosok manusia setengah dewa. Yakni sosok pemimpin yang mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyat dan menegakkan hukum; dan keadilan yang merata serta peraturan yang sehat dan berpihak pada rakyat. Tak perlu “manusia full-dewa” sebab “setengah dewa” saja sudah menjadi suatu hal yang sulit terpenuhi. Sebuah harapan sederhana dan wajar dari rakyat biasa. Wahai Presiden kami yang baru. Kamu harus dengar suara ini. Suara yang keluar dari dalam goa. Goa yang penuh lumut kebosanan ---Manusia ½ Dewa, Iwan Fals---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline