[caption id="attachment_357026" align="aligncenter" width="780" caption="Image source: nasional.kompas.com"][/caption]
Kompasiana. KPK mengawali tangkap tangan Rudi Rubiandini lalu terkenal dengan sebutan kasus SKK Migas, berikut terseretnya Sekjen Kementerian ESDM Waryono Karno, Sutan Bhatoegana, dan kini telah ditetapkan sebagai tersangka Bos Kementrian ESDM, Jero Wacik.
Jadi sebetulnya sebutan Mafia Migas itu ditujukan kepada siapa? Kalau ternyata akhirnya yang menghuni hotel prodeo kebanyakan adalah pejabat-pejabat-nya itu sendiri? Memang ada pengusaha migas yang "diperas" atau "menyuap" yang tersangkut kasusnya, tapi kalau hanya itu kejadiannya, apakah sebutan Mafia untuk para pengusaha migas itu bukan terlalu berlebihan? Karena ternyata justru pejabat-pejabatnya-lah yang setidaknya tergambar menciptakan kong-kali-kong dengan memeras atau meminta imbalan dengan janji-janji kemudahan atau ijin khusus sebagai kewenangan sang pejabat. Bukan berarti saya mengatakan tidak ada mafia migas, tapi lebih mengharap dapat terungkap lebih dari itu lalu terbongkar dan tertangkapnya "hantu" mafia migas tersebut. Bukankah kejadian-kejadian tersebut tidak berbeda modus dengan import daging sapi?
Alasan penetapan tersangka Jero Wacik oleh KPK adalah kerugian Negara yang mendekati 10 Milyar dengan modus misalnya menciptakan kegiatan-kegiatan fiktif untuk mendapat tambahan anggaran yang dianggap kurang yang diterima dari APBN.
Dari semua kejadian banyak Menteri yang akhirnya menjadi penghuni hotel prodeo, walaupun Presiden tidak pernah menghalangi atau meng-intervensi kasus hukumnya, apakah Pak SBY tidak pernah merasa gagal? Setidaknya merasa gagal memilih orang-orang bersih sebagai pembantu-pembantu-nya maksud saya.
Semoga kejadian tersebut meng-inspirasi Presiden terpilih Pak Jokowi, bahwa politik dagang sapi sangat rentan merugikan Negara pada umumnya, dan mencemarkan Pemerintahan itu sendiri. Ternyata NKRI BAHAYA LATEN KORUPSI. (SPMC SW, September 2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H