Para pelajar yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah NTT seringkali memilih melanjutkan pendidikan ke luar NTT daripada kuliah di daerahnya sendiri. Tempat-tempat yang sering mereka pilih yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, dll.
Mereka memiliki alasan yang berbeda-beda. Ada yang beralasan bahwa di kota-kota tersebut kualitas kampusnya lebih bagus jika dibandingkan dengan kualitas kampus di NTT, semisal Kampus St. paulus (Ruteng), STIPAR (Ende), UNIPA (Maumere), dll. Selain karena kualitas kampus, juga karena kehidupan di kota jauh lebih ramai, fasilitas teknologi lebih bagus dan jaringan internetnya lebih lancar.
Lalu muncul pertanyaan, apakah pendidikan Strata Satu (S1) di kota mempermudah dalam mencari pekerjaan? tentu saja tidak. Banyak lulusan sarjana di kota yang terpaksa menganggur bertahun-tahun ketika mereka kembali ke daerah. Kenapa demikian?
Ada beberapa alasan sebagai berikut:
Pertama, angka kelulusan setiap tahun tak sebanding dengan persediaan lapangan kerja di NTT. Bayangkan ribuan mahasiswa yang lulus setiap tahun, sementara lapangan pekerjaan di sana hanya sedikit.
Contoh lapangan pekerjaan yang tersedia: Guru, Perawat, Pegawai Kantoran, Pegawai Bank, dll. Lapangan pekerjaan tersebut tak mampu menampung banyaknya lulusan sarjana yang mencari pekerjaan.
Kedua, kualifikasi pendidikan yang tidak sesuai. Maksudnya, kualifikasi tena kerja yang dibutuhkan dari tempat kerja tak sesuai dengan latar belakang pendidikan para pencari kerja. Contohnya seorang yang lulusan D3 kebidanan di Makasar melamar menjadi guru SD, ya tentu saja nggak diterima.
Jangan pernah berpikir bahwa mengajar anak-anak Sekolah Dasar (SD) itu sangat mudah. Hemat saya, guru-guru yang berkarisma saja yang bisa mengajar anak-anak SD. Ibarat mengubah batu menjadi kayu, suatu pekerjaan yang sulit. Butuh skill di atas rata-rata dan kesabaran maksimal.
Ketiga, skill dan (IQ) rendah. Sarjana lulusan universitas terkenal seperti UGM Yogyakarta tidak menjamin bahwa mereka memiliki Intelelligence Qoutient (IQ) yang bagus. Buktinya banyak yang tidak lulus ketika mengikuti test di tempat dimana mereka mencari pekerjaan.
Belum lagi ada pencari kerja yang karena lulusan universitas terkenal, tetapi sikapnya arogan ketika wawancara, ya pasti tidak akan diterima. Sebab tempat kerja tak hanya menerima pekerja yang kapasitasnya bagus tetapi mesti diimbangi dengan sikap dan tutur kata yang arif.