Lihat ke Halaman Asli

Suherman

Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Tarif Dagang AS: Ancaman atau Peluang bagi Ekonomi Indonesia?

Diperbarui: 2 Februari 2025   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Donald Trump (sumber: https://unsplash.com/@historyhd)

Perang Dagang Memanas, Dunia Bergolak

Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif perdagangan baru telah memicu ketegangan ekonomi global. Tarif 25% terhadap Meksiko dan Kanada, serta 10% untuk Tiongkok, mulai berlaku sejak 1 Februari. Langkah ini tak hanya berdampak pada negara-negara yang dikenai tarif, tetapi juga memicu efek domino ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Dampak Tarif terhadap Indonesia

Sebagai negara dengan keterlibatan aktif dalam perdagangan global, Indonesia perlu mewaspadai dampak kebijakan ini. Berikut beberapa skenario yang bisa terjadi:

  1. Peluang Ekspor yang Lebih Besar
    Dengan meningkatnya hambatan dagang antara AS dan Tiongkok, Indonesia bisa menjadi alternatif pemasok bagi produk-produk yang terkena dampak tarif. Sektor seperti tekstil, elektronik, dan karet bisa memanfaatkan peluang ini.

  2. Tekanan terhadap Rupiah dan Pasar Keuangan
    Ketidakpastian global akibat perang dagang dapat mendorong investor asing menarik modalnya dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini bisa melemahkan nilai tukar rupiah dan meningkatkan volatilitas pasar saham.

  3. Harga Barang Impor Bisa Meroket
    Jika perang dagang berlarut-larut, harga barang impor dari Tiongkok bisa naik. Konsumen Indonesia mungkin akan merasakan dampaknya pada produk elektronik, gadget, dan suku cadang industri.

Strategi Indonesia Menghadapi Tantangan Ini

Diperlukan strategi yang tepat agar Indonesia bisa bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari situasi ini. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  • Diversifikasi Pasar Ekspor: Jangan hanya bergantung pada Tiongkok dan AS, tapi juga eksplorasi pasar lain seperti Timur Tengah dan Afrika.
  • Mendorong Industri Lokal: Penguatan industri manufaktur dan substitusi impor bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada barang luar.
  • Kebijakan Moneter yang Adaptif: Bank Indonesia perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar guncangan ekonomi tidak berimbas terlalu besar.

Kesimpulan: Saatnya Bergerak atau Tergerus?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline