Lihat ke Halaman Asli

Suherman

Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Desa-desa Digital: Potret Revolusi Pariwisata di Pelosok Indonesia

Diperbarui: 18 Januari 2025   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Tua Dengan Gadget (Photo by Adismara Putri Pradiri on Unsplash )      

Ketika kita berbicara tentang revolusi digital, pikiran kita sering tertuju pada startup, aplikasi, atau perkembangan teknologi di perkotaan. Namun, siapa sangka bahwa desa-desa di pelosok Indonesia juga mulai mencuri perhatian sebagai episentrum inovasi? Ya, fenomena desa digital sedang tumbuh pesat, mengubah wajah pariwisata dan ekonomi masyarakat pedesaan.

Desa Digital: Lebih dari Sekadar Internet

Konsep desa digital tidak hanya soal akses internet, tetapi juga integrasi teknologi dalam kehidupan masyarakat. Dari pemasaran wisata melalui media sosial hingga sistem reservasi berbasis aplikasi, desa-desa seperti Ponggok di Klaten dan Pemuteran di Bali menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi katalisator perubahan.

Di Desa Ponggok, misalnya, keberadaan BUMDes "Tirta Mandiri" berhasil mengelola potensi wisata air melalui platform digital. Tak hanya menarik wisatawan domestik, mereka juga menjaring kunjungan internasional dengan promosi aktif di Instagram. Peningkatan pendapatan desa yang signifikan menunjukkan bahwa transformasi digital mampu memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan lokal.

Menawarkan Pengalaman Unik

Berbeda dengan destinasi wisata massal, desa-desa ini menawarkan pengalaman autentik yang sulit ditemukan di tempat lain. Wisatawan diajak tinggal bersama penduduk, belajar tradisi lokal, atau bahkan berpartisipasi dalam kegiatan harian seperti menanam padi atau membuat kerajinan tangan.

Desa Pemuteran, Bali, misalnya, memanfaatkan teknologi untuk melestarikan lingkungan. Program "Coral Restoration" yang mereka kembangkan menggunakan platform digital untuk menggalang donasi dan melibatkan wisatawan dalam konservasi terumbu karang. Hasilnya? Tidak hanya ekosistem laut yang pulih, tetapi juga peningkatan jumlah wisatawan pecinta lingkungan.

Tantangan yang Tak Bisa Diabaikan

Meski berpotensi besar, implementasi desa digital tidak luput dari tantangan. Infrastruktur yang terbatas, minimnya literasi teknologi, serta kesenjangan digital masih menjadi hambatan utama. Namun, ini bukan alasan untuk berhenti. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk bergandengan tangan.

Misalnya, pelatihan teknologi bagi perangkat desa atau pengadaan perangkat lunak berbasis kebutuhan lokal dapat menjadi langkah awal. Selain itu, kolaborasi dengan influencer dan platform e-commerce bisa membantu memperluas jangkauan promosi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline