Lihat ke Halaman Asli

Suhendrik N.A

Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Cinta atau Kepentingan? Ketika Pacar Terus Meminjam Uang

Diperbarui: 26 Desember 2024   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi hubungan pria wanita (Pexels/RDNE Stock picture)

Dalam hubungan asmara, salah satu ujian terbesar adalah bagaimana pasangan mengelola kepercayaan dan tanggung jawab, terutama dalam hal keuangan. Ketika seorang lelaki terus-menerus meminjam uang dari kekasihnya tanpa memberikan kepastian untuk mengembalikannya, meskipun status mereka masih pacaran, ini bukan hanya soal urusan materi semata, tetapi tentang dinamika yang lebih dalam yang bisa memengaruhi kualitas hubungan itu sendiri.

Hubungan pacaran sering kali dibangun atas dasar kepercayaan, saling mendukung, dan memberi ruang bagi pasangan untuk berkembang. Namun, ketika satu pihak merasa harus selalu memberi-terutama dalam hal finansial-tanpa ada kejelasan mengenai pengembalian, itu menciptakan ketidakseimbangan yang berpotensi merusak fondasi hubungan. Perasaan terjebak dalam siklus memberi tanpa balasan bisa membuat seseorang merasa lebih seperti penyelamat daripada pasangan sejati.

Lelaki yang terus menerus meminjam uang tanpa niat untuk mengembalikannya, sering kali menggunakan alasan yang tampak darurat atau mendesak. Tetapi lama-kelamaan, alasan yang sama terasa semakin tidak meyakinkan. Meskipun sang kekasih ingin menunjukkan kepedulian dan kasih sayang, namun perasaan dimanfaatkan perlahan akan muncul. Seiring berjalannya waktu, ada ketidaknyamanan yang berkembang-terutama ketika janji pengembalian tidak pernah ditepati, atau jika pengelolaan keuangan dalam hubungan tidak pernah dibicarakan dengan jujur.

Pada tingkat yang lebih dalam, fenomena ini menunjukkan sebuah pola ketergantungan-baik secara emosional maupun finansial-yang tidak sehat. Jika hubungan terjebak dalam situasi di mana salah satu pihak selalu bergantung pada yang lain untuk bertahan, maka ketidakseimbangan ini dapat menciptakan ketegangan yang sangat merusak. Ini bukan hanya soal uang, tetapi tentang bagaimana satu individu memposisikan diri mereka dalam hubungan. Keuangan menjadi alat untuk menunjukkan kekuatan atau ketergantungan, dan ketika itu terjadi tanpa adanya kejelasan, hubungan tersebut bisa terancam hancur.

Tidak jarang, lelaki yang meminjam uang tanpa niat mengembalikan sering kali tidak menyadari dampak emosional dari tindakannya. Bagi banyak perempuan, ini bisa berujung pada rasa kehilangan kontrol dan kekecewaan mendalam. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan ini menambah lapisan ketidakpercayaan yang akan sulit untuk dihilangkan. Rasa dihargai dan dihormati dalam hubungan seharusnya tidak bergantung pada seberapa banyak uang yang dipinjam atau diberikan, tetapi pada seberapa tulus upaya masing-masing pihak dalam menjaga keseimbangan dan komitmen.

Bagi perempuan yang terjebak dalam hubungan seperti ini, terkadang sulit untuk mengatakan "tidak," apalagi jika ada perasaan sayang yang mendalam. Namun, menetapkan batasan adalah langkah pertama untuk mempertahankan harga diri dan martabat dalam hubungan tersebut. Diskusi terbuka tentang keuangan bukanlah sesuatu yang tabu, melainkan penting untuk menciptakan kesepakatan bersama yang sehat. Sebuah hubungan yang dibangun atas dasar pemahaman dan komunikasi yang jujur akan mampu bertahan lebih lama daripada hubungan yang hanya didasarkan pada pemberian tanpa balasan.

Akhirnya, penting untuk diingat bahwa cinta bukanlah transaksi. Cinta adalah tentang saling menghargai, tumbuh bersama, dan mendukung satu sama lain tanpa saling memanfaatkan. Ketika ketergantungan finansial menjadi satu-satunya penghubung, maka hubungan tersebut berisiko kehilangan makna sejatinya. Kepercayaan dan rasa hormat adalah dua hal yang lebih berharga daripada uang, dan inilah yang seharusnya menjadi pondasi utama dalam setiap hubungan yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline