Lihat ke Halaman Asli

Natasha SA dan Suhayla RN

Universitas Indonesia

Mode Instan, Pekerja Sengsara, Lingkungan Tertekan

Diperbarui: 1 Desember 2023   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik

Anda suka mengoleksi pakaian dengan berbagai jenis model? Atau senang mengikuti perubahan tren pakaian yang berganti setiap musim? Jika iya, tahukah Anda bahwa hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan pekerja industri, dan berdampak pada lingkungan? Jika kita tidak menyeleksi brand pakaian yang memiliki kualitas yang baik dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya dengan produksi dalam jangka waktu cepat atau biasa disebut fast fashion. Untuk menjawab keresahan tersebut, yuk, simak artikel di bawah ini.

Apa itu Fast Fashion?

Jangka waktu produksi yang singkat, termasuk desain, produksi, distribusi, dan pemasaran yang cepat merupakan pengertian dari fast fashion. Fenomena ini membuat para penjual menyediakan produk yang banyak dalam waktu singkat dengan harga terjangkau. (Basiroen, V. J., et. al., 2023). Fast fashion membuat industri fashion menjadi salah satu penyumbang polusi global terbesar.

Banyak fasilitas produksi fast fashion terletak di negara-negara berkembang atau memiliki pasar ekonomi yang tumbuh. Perusahaan ritel fast fashion mempekerjakan ribuan pekerja dari negara-negara, seperti Bangladesh, India, Tiongkok, Indonesia, dan negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah ke bawah lainnya sebagai pekerja murah. (Darmo, J., 2023).

Bagaimana Fast Fashion Memengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Pekerja?

Produksi tekstil untuk keperluan fast fashion menggunakan bahan kimia dalam pembuatan serat, pemutihan pakaian, dan pewarnaan kain. Bahan kimia keras yang digunakan pada produksi mengakibatkan adanya potensi bahaya keselamatan dan gangguan kesehatan pada pekerja.  Risiko kesehatan dapat dialami oleh berbagai komunitas karena pakaian fast fashion diproduksi di negara dengan pendapatan rendah, tetapi juga dibeli di negara berpendapatan tinggi (Shedlock, K., 2023).

Pada suatu penelitian, ditemukan bahwa sekitar 88,28% pekerja garmen di Kota Dhaka mengalami risiko kesehatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua pekerja terpapar risiko kesehatan di tempat kerja. Selain itu, sekitar 28,3% pekerja mengalami luka ringan, luka bakar, atau cedera, menunjukkan bahwa mereka menghadapi risiko fisik selama bekerja. Pekerja juga mengalami gangguan pernafasan akibat bahan kimia.

Penyebab utama bahaya kerja pada pekerja garmen di Kota Dhaka, yaitu jam kerja yang panjang, kondisi kerja tidak aman, kurangnya pengawasan dan pelatihan, penggunaan mesin dan peralatan yang sudah tua, unit produksi yang terlalu padat sehingga ruang terlalu sempit, bekerja dengan mesin dan peralatan, penggunaan listrik, penggunaan bahan kimia di industri, dan lokasi kerja yang berdebu. Faktor-faktor tersebut berkontribusi terhadap paparan pekerja dan berbagai risiko kesehatan kerja (Gupta, D. R. et al., 2015).

Bagaimana Fast Fashion Memengaruhi Lingkungan?

Dalam proses produksi, produk garmen dihasilkan dengan jumlah yang melimpah. Demi mengurangi biaya produksi, maka bahan yang dipilih adalah bahan dengan kualitas rendah yang merusak lingkungan. Co-Founder Our Reworked World, Annika Rachmat, menyatakan data yang ditemukannya, yaitu sejumlah 33 juta ton tekstil yang diproduksi di Indonesia, sebanyak satu juta ton diantaranya terbuang menjadi limbah tekstil. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang diambil dari Direktur Asosiasi Daur Ulang Tekstil Inggris, Alan Wheeler bahwa penyumbang polusi terbesar nomor dua di dunia berasal dari industri pakaian dan sebanyak 1,2 miliar ton emisi gas rumah kaca berasal dari industri tekstil dunia. (Ramadani, P.N.R., 2022).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline